Sekretaris Negara untuk Menteri Anak, Kesetaraan Lansia, dan Gender Swedia Pernilla Baralt menilai tantangan yang dihadapi Swedia dan Indonesia dalam perlindungan anak, salah satunya adalah smartphone atau gawai yang memiliki dampak negatif dan positif.
"Anak di Indonesia dan Swedia mempunyai gawai dan itu bisa berbahaya karena bisa menjangkau anak dan terjadi penyalahgunaan melalui internet," katanya ditemui usai melakukan pertemuan dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise di Jakarta, Selasa (23/5/2017).
Menurut dia, diperlukan penerapan tindakan sederhana untuk mencegah kekerasan melalui gawai meski alat ini juga memiliki potensi untuk membantu dan mengedukasi. Di Swedia, perundungan termasuk melalui internet merupakan masalah yang dialami 60.000 anak dan remaja setiap tahun.
Selain itu, kurangnya pemahaman anak atas hak mereka merupakan tantangan bersama dalam memberantas kekerasan pada anak. "Saya pikir Indonesia dan Swedia perlu untuk membuat anak paham apa hak mereka. Mereka tidak tahu tentang Konvensi Hak Anak," katanya.
Selain anak, kata Pernilla, orang tua, guru, aparat penegak hukum, serta pekerja sosial juga harus memahami apa saja yeng menjadi hak anak. Ia memandang perlu kerja sama antara Indonesia dan Swedia untuk mengumpulkan data tentang penyebab kekerasan untuk mengetahui seberapa buruk kekerasan pada anak.
Adapun kekerasan pada anak merupakan epidemik global yang berdampak pada lebih dari satu miliar anak seluruh dunia dan diperkirakan memakan 2 hingga 3 persen GDP di negara di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik. (ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement