Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI dan Universitas Gajah Mada (UGM) bekerja sama dengan pihak Gereja menggelar bimbingan teknis (Bimtek) budi daya rumput laut di Desa Letvuan, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra).
Fitri Yulia dari BPKRT Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu, di Langgur, ibu kota Malra, Minggu, menyatakan Bimtek yang diberikan mencakup teknik agrikultur, perikanan, dan sebagainya.
"Salah satunya seperti yang kita laksanakan di Letvuan, yang melibatkan warga masyarakat dari Negara Salomon," katanya.
Negara Salomon, kata dia, memiliki geografis wilayah yang sama dengan Malra, termasuk bentangan laut dan budi daya rumput laut.
Tujuan utama yang ingin dicapai adalah mengembangkan potensi rumput laut lewat budi daya dan produk-produk yang dihasilkan.
Menurut Fitri, Bimtek yang dilakukan merupakan titik tolak masyarakat baik dari Salomon maupun Malra untuk memperoleh pengetahuan dan keahlian dalam budi daya rumput laut "Selama dua bulan peserta dari Salomon akan tinggal di Letvuan untuk belajar bersama-sama masyarakat di daerah ini," katanya.
Prof Dr Ir Rustadi M.Sc dari Kantor Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM mengatakan, Malra memiliki potensi sumber daya alam laut yang begitu besar, khususnya rumput laut.
Ia mengatakan rumput laut dapat dijadikan penghasilan utama bagi daerah ini.
"Materi yang kami sajikan yakni cara budi daya yang benar, benih yang baik, mengenal hama atau penyakit, masalah pemasaran, serta pengolahan hingga produk-produk berbahan dasar rumput laut," katanya.
Ia berharap, dengan adanya Bimtek tersebut maka Letvuan kelak akan menjadi pusat pembibitan dan penghasil rumput laut terbaik.
Sementara itu, Pastor Agus Ulahaiyanan selaku penggagas dan pemantau budi daya dan pengelolaan rumput laut antara Indonesia dan Salamon, mengatakan ada satu program semacam dialog bilateral antara kedua negara.
"Dialog itu mau kita kemas dalam people to people contact atau dialog kehidupan, dimana ada pertukaran kehidupan dari masyarakat Salomon untuk mengenal kehidupan di Indonesia dan sebaliknya," katanya.
"Dan media yang paling cocok untuk itu adalah pengembangan rumput laut, karena adanya kesamaan usaha masyarakat kedua negara. Setelah kita tawarkan kepada Kemenlu, akhirnya jadilah pilot project di Letvuan, yang kecil namun diharapkan dampaknya besar dan dapat meningkatkan hubungan baik antara Indonesia dan Negara Salomon," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement