Warta Ekonomi, Makassar -
Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel, Didik Nursetyohadi, mengungkapkan perekonomian daerahnya bertumbuh 6,63 persen pada triwulan II-2017. Angka tersebut berada di atas angka nasional yang mencatat 5,01 persen. Namun, bila dibandingkan triwulan I-2017 maupun triwulan II-2016, pertumbuhan ekonomi Sulsel mengalami perlambatan.
"Ekonomi Sulsel pada triwulan II-2017 kembali memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan nasional. Tapi, bila dibandingkan triwulan I-2017 dan triwulan II-2016, pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II-2016 memang mengalami perlambatan," kata Didik, saat merilis pertumbuhan ekonomi Sulsel triwulan II-2017 di Kantor BPS Sulsel, Jalan Haji Bau, Kota Makassar, Senin, (7/8/2017).
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2017 mencapai 7,52 persen. Adapun pada triwulan II-2016, pertumbuhan ekonomi Sulsel lebih tinggi lagi menembus 8,02 persen.?
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel yang terjadi sekarang, Didik mengklaim semata faktor seasonal. Salah satunya dipengaruhi perubahan alokasi waktu pencairan gaji ke-13 pada tahun ini.
Didik memaparkan ekonomi Sulsel diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2017 mencapai Rp103.599 miliar. Bila dihitung berdasarkan atas dasar harga konstan pada 2010, nilainya Rp71.915 miliar. "Secara garis besar, pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II-2017 masih cukup menggembirakan," ucapnya.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan II-2017 bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu diklaimnya tidak begitu signifikan. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi tercatat dicapai oleh Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 11,4 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran dicapai oleh komponen pembentukan modal tetap domestik bruto atau PMTDB yang tumbuh 8,25 persen.
Secara umum, Didik menjelaskan komposisi kontribusi pada sisi produksi pada triwulan II-2017 tidak jauh berbeda dengan torehan pada triwulan I-2017. Kontribusi tertinggi disumbang dari lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 23,6 persen. Diikuti lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor dan lapangan usaha industri pengolahan.?
"Untuk sisi pengeluaran, kontribusi tertinggi pada komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga mencapai 53,98 persen dan komponen PMTDB sebesar 37,33 persen," tutup Didik.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Advertisement