Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar Dody Herlando menjelaskan empat kota mengalami deflasi yaitu Kota Bogor sebesar 0,36%, Kota Cirebon sebesar 0,28%, Kota Bekasi (0,10%) dan Kota Depok sebesar 0,22%.
Sementara tiga kota mengalami inflasi yaitu Kota Sukabumi sebesar 0,09%, Kota Bandung sebesar 0,06%, dan Kota Tasikmalaya sebesar 0,23%.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Gabungan Jawa Barat yang meliputi 7 kota yaitu Kota Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok dan Kota Tasikmalaya mengalami penurunan indeks. IHK dari 127,78 di Juli 2017 menjadi 127,67 di Agustus 2017, dengan demikian terjadi deflasi sebesar 0,09%
"Laju inflasi year to date sebesar 2,66% dan laju inflasi dari tahun ke tahun year on year tercatat sebesar 3,92%," katanya kepada wartawan di Bandung, Senin (4/9/2017).
Dari tujuh kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yaitu Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau sebesar 0,26%, Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar sebesar 0,07% Kelompok Sandang sebesar 0,40% Kelompok Kesehatan sebesar 0,32% dan Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga sebesar 1,03%. Sementara yang mengalami deflasi yaitu Kelompok Bahan Makanan sebesar 1,06% dan Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan sebesar 0,19%.
Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada Agustus 2017 yaitu sebesar 105,37 atau naik sebesar 0,86% dibandingkan NTP Juli 2017 yang tercatat sebesar 104,48.?
Dody menjelaskan, kenaikan NTP tersebut disebabkan oleh kenaikan Indeks Harga Diterima Petani (IT) sebesar 0,90 persen sementara Indeks Harga Dibayar Petani (1B) naik sebesar 0,04 persen.?
"Agustus 2017 empat dari lima Subsektor penanian mengalami kenaikan NTP, tertinggi NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 1,58% dari 101,67 menjadi 103,28. diikuti NTP Subsektor Tanaman Pangan naik 1,18% dari 97,14 menjadi 98,28, NTP Subsektor Peternakan naik sebesar 0,81% dari 114,38 menjadi 115.31, dan NTP Subsektor Hortikultura naik 0,13% dari 112,83 menjadi 112,98, sementara NTP Perikanan turun sebesar 0,03% dari 102,41 menjadi 102,38," jelasnya.
Adapun, di daerah perdesaan Jawa Barat Konsumsi Rumah Tangga pada Agustus 2017 terjadi inflasi sebesar 0,03%. Lima dari tujuh kelompok pengeluaran mengalami inflasi, tertinggi terjadi pada Kelompok Perumahan inflasi sebesar 0,49% diikuti Kelompok Sandang inflasi sebesar 0,45%, Kelompok Kesehatan inflasi sebesar 0,38%, Kelompok Transportasi & Komunikasi int1asi sebesar 0,30%, dan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau inflasi sebesar 0,27%, sementara Kelompok Bahan Makanan deflasisebesar 0,36% Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga deflasi sebesar 0,08%
Sedangkan, harga rata-rata Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Petani Jawa Barat pada Agustus 2017 sebesar Rp4.751 per kilogram atau naik 4,91% dibandingkan harga GKP Juli 2017 Rp4.528. Gabah Kering Giling (GKG) di Tingkat Petani naik 6,68% dari Rp5.050 menjadi Rp5.387 per kilogram kemudian untuk Gabah Kualitas Rendah naik 6,25% dari Rp3.605 menjadi Rp3.830 per kilogram.?
Berdasarkan patahan (broken) beras, kualitas Beras Premium naik 0,11% dari Rp10.130 menjadi Rp10.142 beras Medium naik 0,07% dari Rp9.242 menjadi Rp9248.63, dan Beras kualitas Rendah naik 3.96% dari Rp8.753 menjadi Rp9.100," jelas dia.
"Pada Agustus 2017, rata-rata harga beras di Tingkat Penggilingan Rp9.599 per kilogram atau naik 0,08% dibandingkan Juli 2017 yang tercatat Rp9.591," pungkasnya.?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement