Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Lukisan Bordir Seniman Tasikmalaya ini Awalnya Tidak Sengaja

Lukisan Bordir Seniman Tasikmalaya ini Awalnya Tidak Sengaja Kredit Foto: Nippon Paint
Warta Ekonomi, Bandung -

Seniman asal Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, mengembangkan seni baru berupa lukisan yang dikolaborasikan dengan bordir sebuah produk kerajinan khas dari Kecamatan Kawalu, Tasikmalaya, sehingga memiliki nilai seni yang menarik.

"Awal ide ini dari ketidaksengajaan, tapi banyak orang yang melihat, katanya bagus," kata Dedi seniman lukisan bordir saat membuka Stand di Tasikmalaya October Festival di Tasikmalaya, Minggu (15/10/2017).

Ia menuturkan pembuatan lukisan bordir itu sudah dilakukan sejak 2014 dengan berbagai macam gambar lukisan. Ia juga mengatakan kerajinan bordir merupakan produk yang banyak diproduksi oleh warga di Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya dengan pemasarannya mampu menembus pasar dalam dan luar negeri.

Dedi yang juga perajin bordir di Kawalu mengatakan tertarik membuat karya lain penggabungan seni lukis dengan bordir yang memiliki nilai seni berbeda. Kawasan industri bordir di Kawalu itu, kata dia, banyak sampah bordir yang seringkali tidak dimanfaatkan kembali. Berawal dari limbah bordir itu, Dedi berupaya untuk memanfaatkannya agar memiliki nilai ekonomi dengan cara menggabungkan lukisan dengan bordir.

"Limbah bordir yang sudah tidak dipakai bisa ditempel ke lukisan, ada yang limbah atau langsung bikin," katanya.

Ia menyebutkan, lukisan bordirnya berupa orang yang pakaiannya tidak dilukis dengan cat, tetapi oleh bordir sehingga memiliki kesan alami. "Misal ada gambar orang pakai baju bordir, nah bajunya itu bordir sungguhan bukan lukisan," katanya.

Ia menambahkan harga lukisan buatannya paling murah Rp1 juta dan lukisan yang sudah pernah dijual dengan harga tinggi sebesar Rp10 juta. Harga lukisan, kata dia, tergantung tingkat kesulitan dalam pembuatannya, semakin sulit maka harga jualnya semakin tinggi. "Harganya ditentukan dari tingkat kesulitan, kalau sulit pasti harganya mahal," katanya. (FNH/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Advertisement

Bagikan Artikel: