Pengungsi Rohingya Kehabisan Lahan untuk Kuburkan Keluarga Mereka
Pengungsi Rohingya Amir Mia (18 tahun) membawa mayat kakeknya yang telah meninggal melalui kamp ekspansi Balukhali di kota pelabuhan Cox's Bazar di Bangladesh.
Dirinyaa membawa kakeknya untuk dimakamkan di sebuah kuburan yang diciptakan setelah masuknya pengungsi Rohingya baru-baru ini. Dia melarikan diri dari kekerasan oleh tentara Myanmar yang oleh PBB digambarkan sebagai sebuah ?pembersihan etnis? yang dimulai pada 25 Agustus lalu.
?Dia sudah tua dan meninggal karena penyakit terkait usia,? dirinya menjelaskan saat menerobos jalan sempit dan berlumpur kamp itu, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Kamis (26/10/2017).
Karena berbagai gelombang pengungsi Rohingya telah meninggalkan Myanmar selama beberapa dekade terakhir, kemudia mengisi kamp-kamp yang pada gilirannya telah berkembang, penduduk kamp telah mengubur orang-orang yang telah meninggal di manapun mereka bisa menemukan tempat. Tanpa lahan yang disisihkan untuk pemakaman oleh pemerintah Bangladesh, para pengungsi telah mengidentifikasi situs mereka sendiri.
Kuburan kecil di mana Amir sedang mengubur kakeknya sudah terlihat penuh sesak. Kuburan dikemas erat, pagar bambu sementara memisahkan satu dari yang lain.
Di kamp yang terdaftar di Kutupalong, Mohammad Alam, 16 tahun, yang lahir di Bangladesh setelah orang tuanya meninggalkan Myanmar pada 1990-an, menjelaskan bahwa ayahnya adalah pemimpin satu blok kamp dan seorang penggali kubur yang bertanggung jawab untuk menggali kuburan untuk penghuni bloknya.
Pemakaman telah menjadi padat, Mohammad menjelaskan, dengan tiga atau empat mayat ditempatkan di setiap kuburan setelah masuknya pengungsi baru-baru ini.
"Tidak seperti kehidupan, kematian adalah kebenaran yang tidak terelakkan dan di sini tidak ada yang bisa dikubur dengan damai karena kita harus menggali kuburan tua untuk menghasilkan yang baru," Mohammad menguraikan saat dirinya berdiri di sebuah kios teh di samping salah satu kuburan baru di kamp ekspansi Kutupalong.
Dia telah melihat orang-orang menguburkan mayat mereka di depan rumah mereka, dia menambahkan.
"Para pengungsi baru tidak tahu tentang tempat ini. Mereka tidak tahu ke mana harus pergi atau apa yang harus dilakukan, Saya telah melihat sebuah keluarga mengubur mayat di samping rumah mereka yang baru dibangun,? ujarnya.
"Beberapa hari kemudian, hujan telah membasuh tanda kuburan dan lebih banyak pengungsi baru datang dan membangun tenda mereka di atas kuburan itu," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement