Pada bulan ini kelompok inti relatif terjaga yakni 0,09% (mtm) atau turun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 0,26% (mtm). Komoditas emas perhiasan pada kelompok sandang memberikan sumbangan terbesar dengan inflasi mencapai 1,51% (mtm). Hal ini dikatakan Kepala Perwakilan Kantor BI Wilayah Sumut, Arief Budi Santoso, Kamis (2/11/2017).
Dikatakannya, bahwa kenaikan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh kenaikan harga emas global yang didorong oleh adanya keyakinan kenaikan suku bunga The Fed yang ketiga kali untuk tahun 2017. Ditambah dengan adanya pengaruh pencalonan Gubernur Federal Reserve yang baru sehingga diperkirakan harga emas perhiasan akan terus mengalami kenaikan. Rendahnya inflasi inti ini mengindikasikan belum adanya tekanan dari sisi permintaan.
?Inflasi Sumatera Utara sampai dengan akhir tahun 2017 diyakini masih terkendali dan berada pada sasarannya, yaitu 4%?1% (yoy). Namun demikian, risiko inflasi diperkirakan masih tinggi karena secara historis, inflasi pada akhir tahun relatif lebih tinggi terutama didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas seperti cabai merah, rokok filter, tarif listrik, bawang merah, beras, dan angkatan udara,? katanya.
Perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan akan meningkatkan permintaan yang akan mendorong kenaikan harga. Dalam menghadapi hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara bersama dengan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sumatera Utara terus melakukan upaya pengendalian inflasi sesuai roadmap TPID dalam menjamin pasokan dengan didukung distribusi penyaluran kebutuhan pokok juga menjaga ekspektasi inflasi masyarakat.
?Selain itu, khusus untuk komoditas bawang merah TPID Sumatera Utara melakukan koordinasi kerja sama dengan daerah lain seperti Riau dan Jawa Tengah agar pasokan bawang merah tetap terjaga,? pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil
Advertisement