Badan Pusat Statistik (BPS) membantah bila kenaikan jumlah pengangguran saat ini dikontribusi dari maraknya penutupan toko ritel belakangan ini. Data BPS menyebutkan terjadi kenaikan jumlah pengangguran sebesar 10 ribu jiwa. Total hingga Agustus 2017 ada 7,04 juta penganggur.
"Belum kelihatan dampaknya dari ritel tutup. Kalau pun ada, jumlahnya masih kecil bila dibandingkan secara keseluruhan total angkatan kerja. Justru yang online banyak menciptakan lapangan pekerjaaan, seperti Gojek dan Grab," kata Kepala BPS Suhariyanto kepada Warta Ekonomi saat menghadiri pembukaan Kongres Prakom Indonesia di Kantor Pusat, BPS, Jakarta, Selasa (7/11/2017).
Kecuk, sapaan akrabnya, menjelaskan pengangguran tersebut disebabkan peningkatan jumlah angkatan kerja. "Dibanding setahun yang lalu, jumlah penduduk bekerja dan pengangguran masing-masing bertambang 2,61 juta orang dan 10 ribu orang," tambah dia.
Sekalipun meningkat, ia merinci jika dilihat dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada periode Agustus 2017 tercatat mencapai 5,50%. Angka tersebut turun dibandingkan Agustus 2016 yang sebesar 5,61%. TPT adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.
"Jumlah angkatan kerja yang masuk mencapai 3 juta orang per tahun, jadi komposisi pekerja dan penganggurannya akan terus naik seiring jumlah penduduk. Tapi, yang penting persentase TPT-nya turun,? ujarnya.
Dirincikan dari tingkat pendidikan, jumlah pengangguran tertinggi adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu 11,41%. Disusul kemudian oleh Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 8,29%, dan Sekolah Dasar (SD) sebesar 2,62%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait:
Advertisement