Pengamat IT: Pemerintah Terlambat Antisipasi Adanya Teknologi Disruptif
Pengamat IT Heru Sutadi menuturkan meskipun financial technologi (fintech) saat ini ramai didengungkan oleh para pelaku ekonomi, di Indonesia sendiri fintech belum begitu fenomenal dibanding dengan negara lain seperti Tiongkok, Singapura, dan India.?
"Indonesia baru ramai satu dua tahun terakhir ini. Kita harus tahu mengapa kita tertinggal jauh," ujar Heru dalam seminar bertajuk "Transformasi Digital Dunia Keuangan" yang dihelat Warta Ekonomi di Ayana Mid Plaza, Sudirman, Jakarta, Kamis (9/11/2017).
Terlepas dari hal tersebut Heru menjelaskan saat ini transportasi daring atau online telah menggeser keberadaan transportasi konvensional atau tradisional. Namun, dari adanya perubahan itu banyak menuai pro dan kontra. "Pemerintah dan regulator itu terlambat antisipasi adanya disrubtif teknologi," imbuhnya.
Saat ini Heru melihat banyak fintech berbasis teknologi peer to peer lending yang mempertemukan antara pelaku sektor usaha mikro di sektor ekonomi informal dengan pihak pemberi modal.
"Masyarakat ekonomi digital ini akan berbeda dengan masyarakat industrial yang didorong oleh perkembangan. Ekonomi digital ini didorong oleh adanya perkembangan komputer kemudian. Tentunya ekonomi berbasis jaringan atau network," imbuhnya.
Mengambil pernyataan Presiden Joko Widodo beberapa waktu yang lalu, Heru mengatakan pertumbuhan ekonomi tidak bisa mencapai di atas 6 persen bila ekonomi digital tidak mendapat perhatian penuh. "Ekonomi digital itu akan memberi sumbangan sekitar 1,2 persen," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Dina Kusumaningrum
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait:
Advertisement