Kementerian BUMN berencana membentuk enam investment holding di sektor bank, energi, tambang, jalan tol dan konstruksi, perumahan, serta pangan. Dari enam holding tersebut, tampaknya holding sektor pertambangan akan menjadi yang pertama terbentuk.?
Pasalnya, tiga perusahaan BUMN pertambangan yang sahamnya diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), PT Timah (Persero) Tbk (TINS), dan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) guna meminta persertujuan para pemegang sahamnya tentang perubahaan anggaran dasar.?
Sayangnya, pasar merespons negatif rencana tersebut sehingga membuat saham ketiga BUMN pelat merah sektor pertambangan tersebut kompak memerah. Saham ANTM turun 20 poin atau 2,94% ke Rp660, saham TINS melemah 10 poin atau 1,10% ke Rp900, malah saham PTBA terjun bebas hingga 575 poin atau 4,87% ke level Rp11.225.?
Analis Senior PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengungkapkan jika di awal proses holding, pasar juga akan memberikan respons yang sama terhadap pembentukan holding BUMN sektor lain.?
"Kurang lebih hampir sama repons pasar terhadap rencana pembentukan holding BUMN sektor lain. Karena ketika dibentuk holding di satu industri pasti akan terjadi perubahan kepemilikan," ungkapnya.?
Memang, dalam proses pembentukan holding?nantinya BUMN yang ditunjuk menjadi induk holding akan menjalankan penawaran pembelian saham kepada pemegang saham lainnya, termasuk publik (tender offer).?
Reza menuturkan bahwa pada saat proses tender offer tersebut pelaku pasar khawatir jika harga saham akan terdiskon sehingga pelaku pasar memutuskan untuk menjual lebih dini. "Nah, biasanya kalau tender offer itu harga saham akan terdiskon. Saat ini kita kan belum tahu mereka mau tender offer berapa, rasio berapa, harga berapa," tuturnya.?
Selain itu, perubahan status dari perusahaan yang tadinya BUMN kemudian menjadi anak BUMN tersebut juga menjadi salah satu faktor yang menimbulkan kecemasan. "Di awal akan direspons negatif karena ada perubahan status tadi. Jadi, dikhawatikan tidak dapat proyek-proyek pemerintah sehingga pengaruhi kinerja," jelasnya.?
Akan tetapi, lepasnya status BUMN juga bisa membuat perusahaan menjadi lebih baik. Hal ini karena?perusahaan tidak lagi mengalokasikan dana yang cukup besar untuk dividen. Selain itu, perusahaan juga tidak lagi diintervensi oleh pemerintah sehingga bisa lebih leluasa dalam menjalankan bisnis.?
"Jadi, dana yang tadinya untuk dividen bisa ditahan untuk ekspansi. Itu kan bisa meningkatkan kinerja. Lalu, pemerintah juga sudah tidak bisa intervensi lagi," ungkap Reza.?
Hal yang sama juga disampaikan oleh Analis Investa Mandiri Hans Kwee. Ia memandang baik langkah BUMN yang menyatukan perusahaan tambang pelat merah sehingga nantinya BUMN tambang negara memiliki kapasitas yang besar dalam menjalankan bisnis.
Pastinya, kata Hans Kwee, BUMN tambang juga bisa mengangkuisisi PT Freeport Indonesia, seperti yang diinginkan oleh pemerintah selama ini.
"I?nalum 100 persen pemerintah, mekanismenya inbreng. Sahamnya itu akan dikasih ke Inalum tadi. Timah, Antam, dan Bukit Asam akan digabung jadi satu. Jadi, aksesnya lebih gede, lewat dia nanti bisa beli Freeport, bisa dapat pinjaman dari perbankan besar," katanya.?
Adanya holding BUMN tambang, lanjut dia, pastinya akan memberikan dampak yang besar bagi semua. "Bisa bersinergi satu sama lain, narik pendanaan jadi bisa lebih gampang dan besar. Pasti positif sentimen ke depannya," tutur Hans.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait:
Advertisement