Raksasa minyak AS Chevron telah menanggapi kritik atas kemitraannya dengan pemerintah yang dituduh oleh pembersihan etnis Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Perusahaan tersebut memiliki investasi energi bernilai miliaran dolar di Myanmar.
?Sekitar 600.000 pengungsi Rohingya telah meninggalkan kekerasan yang terus berlanjut di negara ini sejak Agustus,? ungkap PBB.
Setelah bertahun-tahun mendapat tekanan dari investor aktivis, Chevron mengatakan akan bekerja untuk "lingkungan bisnis yang menghormati hak asasi manusia".
"Chevron menghargai dialog yang sedang berlangsung dengan para pemegang saham mengenai isu kekerasan kritis di Negara Bagian Rakhine, Myanmar," firma tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada BBC.
"Kami percaya bahwa investasi AS merupakan mekanisme yang kuat untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan,? sebagaimana dikutip dari BBC, Kamis (16/11/2017).
"Kami akan terus bekerja sama dengan perusahaan AS lainnya dan pemerintah untuk mempromosikan nilai investasi AS di Myanmar dan kebutuhan untuk mendorong lingkungan bisnis yang menghormati hak asasi manusia," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait:
Advertisement