Warta Ekonomi, Balikpapan -
Asosiasi Driver Online (ADO) Kaltim akan mengerahkan seluruh anggotanya untuk berdemonstrasi memprotes kebijakan aplikator. Pasalnya, hingga kini aplikator masih menerima mitra atau driver-driver baru tanpa mengindahkan pembatasan yang tertuang dalam Permenhub 108/2017.
Ketua ADO Kaltim, Albert Pagaruli mengatakan, demonstrasi itu bentuk advokasi atau pembelaan terhadap para driver baik roda 4 maupun ojek online dari 3 aplikator. Demonstrasi rencananya digelar pada Senin 18 Desember nanti.
"Bagaimana kami bisa sejahtera karena dengan jumlah driver saat ini yang cukup banyak, persaingan kami menjadi sangat ketat. Sementara aplikator terus menerus menerima mitra baru dan itu melanggar Permenhub 108/2017," kata Albert Pagaruli, Jumat (15/12/2017).
Pemutihan terhadap ratusan akun mitra juga dilakukan aplikator sehingga menerima mitra baru baik secara online maupun mendaftar manual. Sehingga 12 DPD ADO se Indonesia sepakat untuk menggelar demonstrasi menentang kebijakan aplikator.
"Kita juga sudah tanyakan ke kantor aplikator yang ada di daerah, baik Go-Jek, Grab maupun Uber. Termasuk ketika kami pertanyakan kebijakan suspened atau pemutusan kemitraan sepihak oleh aplikator, selalu tidak ada jawaban dengan alasan itu sistem dan kebijakan manajemen pusat," ungkapnya.
Sehingga ADO juga mendesak aplikator untuk tidak semena-mena memutuskan kemitraan terhadap driver. "Sangat banyak yang diputus kemitraanya. Bahkan terbaru, 12 anggota kami yang driver taksi online tiba-tiba terkena suspened tanpa alasan yang jelas," tukasnya.
Tidak hanya soal jumlah dan kebijakan pemutusan mitra, ADO juga mendesak kesamaan tarif untuk ketiga aplikator. Tarif itu juga disesuaikan per wilayah atau zonasi seperti termaktub di Permenhub 108/2017.
"Saat ini perang tarif antara Grab, Go-Car dan Uber dan kami minta tarif disamakan dan terserah pelanggan memilih aplikasinya," ujar Albert yang merasa tarif murah itu justru menghancurkan pendapatan para driver khususnya taksi online.
"Uber saat ini paling murah dan masih ada tarif yang Rp5 ribu. Saya pernah mengalaminya, mengantar penumpang dari Gunung Malang ke Gunung Pasir lalu dibayar lima ribu rupiah tapi dengan pecahan Rp1.000 koin. Makanya, murah diaplikasi malah hancur di kami dan terpaksa menerima itu karena tarif sesuai aplikasi," keluhnya.
Aksi itu nantinya berupa konvoi ratusan driver taksi dan ojek online mulai dari kawasan Balikpapan Baru menuju Dome. "Sengaja kami tidak mendatangi kantor aplikator karena selain berbeda-beda aplikasinya juga untuk menjaga kelancaran arus dan ketertiban lalu lintas," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Andi Aliev
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement