Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menyatakan, negara-negara yang mengeluarkan travel warning atau peringatan berkunjung/berwisata), terkait dengan erupsi Gunung Agung di Provinsi Bali, agar segera melaporkan kondisi sebenarnya yang terjadi di Bali kepada pemerintahnya masing-masing dan juga diharapkan supaya merevisi peringatan tersebut.
Hal tersebut diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Arif Havas Oegroseno, seusai mengundang perwakilan diplomatik dan konsuler asing di Jakarta yang mayoritas masyarakatnya adalah wisatawan yang sering berkunjung ke Indonesia, khususnya Bali.
Pertemuan kepada para perwakilan dari Kedutaan Besar negara-negara asing ini dihadiri oleh perwakilan dari negara Inggris, China, Belgia, Jerman, Australia, Korea Selatan, Singapura, Swiss, Jepang, Bangladesh, Filipina, Belanda, Perancis, Qatar dan Maroko.
Havas mengungkapkan tujuan dari pertemuan tersebut yakni menyampaikan kepada negara-negara, bahwa sebenarnya kondisi di sana, kalau terjadi skenario yang terburuk itu tidak seburuk yang dibayangkan, sehingga mereka bisa memberikan laporan dan revisi terhadap travel warning?kepada pemerintahnya masing-masing. Selain itu, Agar juga wisatawan dari negara-negara tersebut bisa datang dengan aman dan mengetahui di mana letak daerah bahayanya.
?Tadi kita undang beberapa teman dari Kedutaan Besar negara-negara asing yang mayoritas mendatangkan turis bagi kita," ujar Havas dalam keterangan resminya di Bandung, Selasa (26/12/2017).
Berdasarkan laporan terkini dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), erupsi Gunung Agung bila ditinjau dari letusan sebelumnya yang terjadi pada tahun 1963, hanya terdampak pada luasan sekitar 8?10 km dari pusat erupsi.
?Gunung Agung itu 65 km dari Denpasar, dan 73 km dari Nusa Dua. Oleh karenanya daerah yang masih sangat aman, masih sangat luas,? tutur Havas.
Lebih lanjut, Deputi Havas lantas menjelaskan langkah-langkah apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, apabila memang ada skenario terburuk. Ia menuturkan, Pemerintah telah melaksanakan berbagai simulasi dengan memperhitungkan laporan dari BMKG.
?Jadi kita melakukan simulasi dan melihat kondisi terburuk dari Gunung Agung dan dari hasil simulasi tersebut, maka maksimal kawasan yang terdampak hanya 8-10 km dari kaldera. Perwakilan negara-negara tadi, mereka sekarang mengetahui persis mana daerah yang sangat bahaya dan mana daerah yang aman,? terang Havas.
Terkait dengan adanya kabar yang mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia akan menutup Bandara I Gusti Ngurah Rai dan jalur laut di Bali, Deputi Havas menjelaskan, hal tersebut nantinya akan melihat kembali data-data yang sudah dikantongi BMKG, utamanya adalah melihat?pola arah angin.
?Kita melihat dari perkembangan-perkembangan selanjutnya. Yang akan memengaruhi penutupan airport?adalah?pattern dari anginnya seperti apa. Nanti kita akan dapat informasi dari BMKG, tetapi prediksi terbaru, 21 Desember 2017 sampai dengan bulan Maret 2018, arah angin adalah ke arah utara atau mengarah lautan dan tidak mengarah ke selatan,? pungkasnya,
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait:
Advertisement