Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Satu Ujian Bagi Sportpreneur

Satu Ujian Bagi Sportpreneur Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dikenal sebagai pebisnis yang menggeluti olah raga, Erick Thohir diuji dalam posisinya sebagai Presiden INASGOC. Bagaimana ia menghadapi tantangan-tantangan Asian Games 2018?

Kurang lebih satu tahun mendatang, perhelatan olah raga akbar Asian Games 2018 akan digelar di Indonesia, khususnya di Jakarta dan Palembang. Sekarang ini, sebagai Presiden Indonesia Asian Games Organizing Committee (INASGOC) atau panitia pelaksana Asian Games 2018, Erick Thohir mencurahkan hari-harinya untuk kesuksesan INASGOC.

Semenjak ditunjuk menjadi Presiden INASGOC, ia telah melepaskan jabatan-jabatan strategis di perusahaan yang dimilikinya dan mengaku beruntung dengan partner bisnisnya yang paham dengan porsi kerjanya tersedot sebagai Presiden INASGOC. Jabatan sebagai Presiden INASGOC memberikan tantangan baru bagi Erick. Sebagai pengusaha yang sukses di bidang olah raga, media dan hiburan, ia diuji dengan berbagai tantangan yang muncul di panitia pelaksanaan Asian Games 2018.

Pengelolaan dengan kehati-hatian tapi progresif harus dilakukan. Apalagi, menyangkut penggunaan dana dari sumber pemerintah. Itu berarti harus ada pertanggungjawaban kepada negara. “Kita mesti transparan dan mesti dikelola dengan baik,” ujar Erick kepada Warta Ekonomi akhir bulan Juli di Jakarta.

Erick meminta sejumlah pihak untuk turut mendukung pelaksanaan Asian Games ini sesuai dengan porsinya masing-masing. Semisal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diminta untuk turut mengawasi penggunaan anggaran pra-kegiatan hingga pelaksanaan serta melakukan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Ia menandaskan kesuksesan Asian Games harus dibarengi dengan kesuksesan secara administrasi. Inilah yang menjadi tugas KPK, yaitu untuk melakukan monitoring.

Selain bertemu dengan KPK, ia juga bertemu dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Senafas dengan kunjungannya ke KPK, kunjungan ke BPKP menyangkut penyuksesan secara administrasi dari perhelatan olah raga akbar ini. Ia tidak mau meninggalkan catatan hukum setelahnya, terutama mengenai administrasi dalam penyelenggaraan. Apalagi, dana yang digunakan mencapai triliunan dan melibatkan berbagai sponsor.

Dalam kepemimpinannya kali ini, Erick harus menjunjung tinggi profesionalisme. Bahkan ada satu hal yang menarik, dimana saat kepemimpinan sebelumnya memilih salah satu lapangan basket milik Erick yang akan digunakan untuk pertandingan. Pada saat kepemimpinan Erick, ia meminta rencana tersebut tidak dilanjutkan lagi atau mencari lapangan basket lainnya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari etika dan menyangkut pula dengan leadership.

Dalam kepemimpinannya kali ini, Erick harus menjunjung tinggi profesionalisme. Ada satu hal yang menarik, yaitu penolakan Erick menggunakan lapangan basket miliknya. padahal, pada kepemimpinan sebelumnya, salah satu lapangan basket milik Erick terpilih digunakan untuk pertandingan. Erick meminta rencana tersebut tidak dilanjutkan lagi atau mencari lapangan basket lainnya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari etika dan leadership.

Dalam menghadapi keterbatasan anggaran dari pemerintah, Bos Inter Milan ini meminta dukungan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Saat kunjungan Komisi X DPR RI ke sekretariat INASGOC pada 25 Juli 2017, Erick menunjukkan struktur biaya yang dibutuhkan. Ketua Komisi X Teuku Riefky mengatakan bahwa Komisi X DPR RI telah menyetujui usulan anggaran dana Rp1,5 triliun yang diajukan INASGOC.

Meskipun demikian, masih ada sekitar Rp300 miliar yang tercatat sebagai kekurangan. Erick yang juga Ketua Umum Komite OlahragaIndonesia (KOI) pernah menyebutkan pelaksanaan INASGOC membutuhkan dana sebesar Rp1,8 triliun.

Sebagai businessman, Erick tak kehabisan akal menghadapi situasi genting seperti ini. Prinsipnya sangat kuat, yakni tidak ada toleransi untuk gagal, artinya harus maju terus dengan kondisi apapun sembari mencari jalan keluarnya. Untuk menutup kekurangan dana pelaksanaan Asian Games, ada beberapa skema yang akan diterapkan. Salah satunya mencari sponsor dengan melibatkan Olympic Council of Asia (OCA). Dari dana tersebut, INASGOC dan OCA masing-masing mendapat 50% dari dana sponsorship. Ia menyontohkan apabila nanti dapat satu triliun berarti INASGOC hanya dapat Rp500 miliar.

Oleh karena itu, butuh perangkat Badan Layanan Umum (BLU) yang akan mengelola sponsorship. Meski masih ada celah kekurangan menggunakan BLU, pendirian BLU tersebut akan menjadi jalan keluar untuk memperoleh sponsorship.

Pertaruhan nama besar Erick Thohir sangat bergantung pada kesuksesan perhelatan olah raga ini. Ia selalu menandaskan bahwa yang diemban saat ini adalah misi negara, bukan misi pribadi atau golongan. Oleh karena itu, misi negara harus sukses, apapun dan bagaimanapun caranya. “Kita tidak mau gagal sebagai panitia, kita tidak mau gagal sebagai negara,” tandasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Arif Hatta
Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: