Pengamat Sumut, Gunawan Benjamin menilai 2018 tidak begitu menjanjikan. Tidak jauh berbeda dibandingkan dengan tahun 2017. Meskipun secara keseluruhan titik balik pertumbuhan ekonomi dunia sudah terlihat momentumnya. Namun, belum menjanjikan akan adanya akselerasi pertumbuhan nasional terlebih Sumatera Utara.
"Masalah yang dihadapi juga tidak jauh berbeda. Masalah pengeluaran rumah tangga yang cenderung bermasalah masih menjadi tantangan Sumut di tahun 2018. Harga komoditas masih akan sangat bergantung kepada pemulihan ekonomi dunia yang cenderung stagnan meskipun terlihat ada potensi pemulihan," katanya Selasa (2/1/2018).
Dikatakannnya, tetapi menurut hemat belum akan menjanjikan. Konsumsi domestik masih perlu untuk didorong agar pertumbuhan ekonomi tidak mengalami penurunan. Walaupun tantangan ekonomi global masih penuh ketidakpastian. Baik itu ketidakpastiaan secara ekonomi, politik maupun keamanan. Ini tantangan ekonomi di tahun depan yang sulit bagi Sumut untuk dihindari.
"Dan yang tak kalah pentingnya adalah pengendalian laju tekanan inflasi. Saya menilai selama tahun 2017 pengendalian inflasi sangat baik, dan saya pikir di tahun 2018 bisa dikendalikan lebih baik lagi. Inflasi menjadi PR yang sepertinya di tahun 2018 akan lebih mampu untuk dikendalikan. Tantangan pengendalian inflasi masih bertumpu pada ketidakpastian dari cuaca yang bisa merubah ekspektasi besaran laju tekanan inflasi nantinya," ujarnya.
Namun ia melihat di tahun 2018 inflasi akan lebih bisa dikendalikan, dan bisa diupayakan untuk dibawah atau maksimal 3%. Yang penting belajar dari pengalaman tahun 2017 serta terus disempurnakan sejumlah upaya untuk mengendalikan inflasi itu sendiri.
"Nah di Sumut, tantangan mengenai inflasi saya pikir akan lebih mudah selama tidak ada gangguan cuaca ekstreem yangmerusak sisi persediaan maupun jalur distribusi," katanya.
Namun, untuk tantangan daya beli, memang sulit untuk mengharapkan daya beli bisa dipulihkan segera. Untuk masyarakat yang mengandalkan gaji,
"saya pikir daya belinya akan tetap terjaga karena dilindungi oleh kebijakan penyesuaian kenaikan gaji setiap tahunnya. Tetapi bagi masyarakat yang menggeluti bisnis khususnya di sektor pertanian dan perkebunan," ujarnya.
Disini letak masalah pelemahan daya beli tetap menjadi PR besar yang tidak mudah untuk diselesaikan. Ditambah lagi dengan ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 tidak akan lebih dari 5.5%, tentunya akan sangat mengganggu Sumut dalam hal pengentasan kemiskinan atau penyerapan angka pengangguran.
"Jadi saya menilai sumber utama pembangunan tetap bertumpu pada belanja pemerintah. Selanjutnya ada pada pembenahan birokrasi untuk memperbaiki iklim investasi. Kehadiran infrastruktur dasar ang terus dibenahi memang menjanjikan untuk pemulihan iklim investasi. Tetapi efeknya baru akan terasa dalam jangka panjang," katanya.
Jika tidak ada kemungkinan penyesuaian (kenaikan) harga tarif listrik, BBM dan Gas. Maka secara keseluruhan motor pertumbuhan ekonomi Sumut kedepan akan bergantung pada sumber yang sama. Yakni komoditas dan belanja pemerintah. Selebihnya hanya pelengkap tanpa memiliki efek besar dalam mendorong perekonomian Sumut.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: