Warta Ekonomi, Bandung -
Berkaitan dengan beredarnya video porno yang melibatkan anak dibawah umur, Polda Jabar bersama Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat dan MUI Jawa Barat akan mberikan Trauma Healing.
Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan dari hasil penyelidikan bahwa benar TKP (Tempat Kejadian Perkara) berada di Bandung, yaitu di Hotel I dan Hotel M. Peristiwa terjadi sekitar bulan April hingga Juni 2017 dan Agustus 2017.
Agung menyebutkan korbannya ini merupakan anak dibawah umur, maka Polda bekerjasama dengan P2TP2A Provinsi Jawa Barat dengan mengutamakan bagaimana merecovery melalui trauma healing. “Selanjutnya Polda akan bekerjasama dengan Bareskrim untuk mengungkap inisial R. Apa betul komunitas tersebut dari luar negeri atau mungkin sekitaran Indonesia,” ungkap Agung kepada wartawan di Bandung, Senin (8/1/2018)
Adapun, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat, Netty Heryawan mengatakan bahwa sesuai standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Kementrian PPA RI akan melakukan serangkaian kegiatan. Para korban saat ini telah berada di P2TP2A selama dua hari dan telah ditangani.
Pertama, obsevasi dan assessment yang akan melibatkan psikolog. Gunanya mambantu jajaran kepolisian dalam menyusun BAP, karena pengakuan korban akan melengkapi proses penegakkan hukum.
"Kedua, trauma healing dengan melakukan motivation training, pendekatan spiritual, pembiasaan budi pekerti dan etika. Yang dibantu oleh psikolog, pekerja sosial dan relawan. Terakhir dengan mengembalikan para korban ini ke bangku sekolah, karena korban ini masih berusia sekolah namun satu diantaranya putus sekolah," papar Netty.
Oleh karena itu, Netty telah berkoordinasi dengan Dinas pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Unit Pelayanan Pendidikan Khusus (UPPK) agar anak-anak yang berhadapan dengan hukum tetap mendapatkan hak pendidikan. Jadi proses belajar mengajar dapat dilakukan di shelter P2TP2A.
Dia menyebutkan jika tidak ditangani secara menyeluruh akan berdampak anak tersebut menarik diri dari pergaulan karena malu. Serta trauma ini akan bermetamorfosis untuk malakukan hal yang sama seperti yang telah dialami pada masa dewasa.
Melalui kegiatan parenting untuk orangtua, Netty harap agar terus melakukan pengawasan termasuk penyelenggaran pengasuhan dan perlindungan yang tepat untuk anak-anak.
"Mengapa anak-anak ini sampai terjerat karena adanya faktor kemiskinan pendidikan, kemiskinan nilai dan kemiskinan akses yang berpengaruh pada pola pengasuhan. Sehingga membuat orangtua gelap mata menjerusmuskan anak pada perilaku keji," ungkap Netty.
Istri gubernur Jabar, Ahmad Heryawan ini mengimbau agar masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi dengan mengedepankan etika dan budi pekerti dalam membangun masyarakat kita dengan tidak ikut menyebarkan video pelecehan seksual terhadap anak yang kini menjadi viral di media sosial. Selain itu, ia mengimbau kepada para orang tua agar senantiasa menjaga baik anak-anaknya.
"Saya khawatir kondisi ini menjadi stimulus nagi orang yang memiliki oenyimoangan sosial untuk lebih berani secara terang-terangan menunjukan identitasnya sebagai pelaku oenyimpangan seksual," pungkasnya.
Agung menyebutkan korbannya ini merupakan anak dibawah umur, maka Polda bekerjasama dengan P2TP2A Provinsi Jawa Barat dengan mengutamakan bagaimana merecovery melalui trauma healing. “Selanjutnya Polda akan bekerjasama dengan Bareskrim untuk mengungkap inisial R. Apa betul komunitas tersebut dari luar negeri atau mungkin sekitaran Indonesia,” ungkap Agung kepada wartawan di Bandung, Senin (8/1/2018)
Adapun, Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat, Netty Heryawan mengatakan bahwa sesuai standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh Kementrian PPA RI akan melakukan serangkaian kegiatan. Para korban saat ini telah berada di P2TP2A selama dua hari dan telah ditangani.
Pertama, obsevasi dan assessment yang akan melibatkan psikolog. Gunanya mambantu jajaran kepolisian dalam menyusun BAP, karena pengakuan korban akan melengkapi proses penegakkan hukum.
"Kedua, trauma healing dengan melakukan motivation training, pendekatan spiritual, pembiasaan budi pekerti dan etika. Yang dibantu oleh psikolog, pekerja sosial dan relawan. Terakhir dengan mengembalikan para korban ini ke bangku sekolah, karena korban ini masih berusia sekolah namun satu diantaranya putus sekolah," papar Netty.
Oleh karena itu, Netty telah berkoordinasi dengan Dinas pendidikan Provinsi Jawa Barat melalui Unit Pelayanan Pendidikan Khusus (UPPK) agar anak-anak yang berhadapan dengan hukum tetap mendapatkan hak pendidikan. Jadi proses belajar mengajar dapat dilakukan di shelter P2TP2A.
Dia menyebutkan jika tidak ditangani secara menyeluruh akan berdampak anak tersebut menarik diri dari pergaulan karena malu. Serta trauma ini akan bermetamorfosis untuk malakukan hal yang sama seperti yang telah dialami pada masa dewasa.
Melalui kegiatan parenting untuk orangtua, Netty harap agar terus melakukan pengawasan termasuk penyelenggaran pengasuhan dan perlindungan yang tepat untuk anak-anak.
"Mengapa anak-anak ini sampai terjerat karena adanya faktor kemiskinan pendidikan, kemiskinan nilai dan kemiskinan akses yang berpengaruh pada pola pengasuhan. Sehingga membuat orangtua gelap mata menjerusmuskan anak pada perilaku keji," ungkap Netty.
Istri gubernur Jabar, Ahmad Heryawan ini mengimbau agar masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi dengan mengedepankan etika dan budi pekerti dalam membangun masyarakat kita dengan tidak ikut menyebarkan video pelecehan seksual terhadap anak yang kini menjadi viral di media sosial. Selain itu, ia mengimbau kepada para orang tua agar senantiasa menjaga baik anak-anaknya.
"Saya khawatir kondisi ini menjadi stimulus nagi orang yang memiliki oenyimoangan sosial untuk lebih berani secara terang-terangan menunjukan identitasnya sebagai pelaku oenyimpangan seksual," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil