Bisnis konstruksi merupakan salah satu industri yang menyedot pendanaan besar. Oleh sebab itu, kajian-kajian mendalam sebelum pengerjaan proyek sangat penting dilakukan untuk menghindari kerugian bagi kontraktor atau perusahaan konstruksi tersebut. Namun, dalam dunia bisnis, kerugian usaha merupakan suatu hal yang wajar terjadi. Hal tersebut diakui oleh Direktur Utama PT Waskita Karya (Persero) Tbk, M Choliq, yang telah menjabat sejak 2008.
“Saya sering berhadapan dengan proyek-proyek merugi. Namun, dalam dunia bisnis ini adalah hal wajar menurut saya,” kata Choliq saat dijumpai di Hotel Fairmont, Jakarta, 18 September 2017.
Awal bergabung dengan Waskita, Choliq langsung berhadapan dengan laporan keuangan perseroan yang merugi. Saat itu, perseroan mencatatkan nilai ekuitas minus hingga Rp191,48 miliar akibat strategi mempercantik laporan keuangan atau window dressing yang melampaui batas.
Saat itu, Choliq mengambil langkah untuk membersihkan atau cleaning balance sheet laporan keuangan perseroan. Langkah tersebut sempat mendapat tentangan dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat itu. Sofyan Djalil menilai kebijakan Choliq berpotensi mematikan Waskita. Namun, Choliq bergeming dan memutuskan untuk membersihkan laporan keuangan Waskita.
Hasilnya, perseroan mampu mencatatkan laba sebesar Rp172 miliar pada 2011. Ekuitas perseroan tercatat kembali positif sebesar Rp620 miliar. Lalu, pendapatan perseroan mencapai Rp7,27 triliun yang merupakan tertinggi dibandingkan perusahaan konstruksi BUMN lainnya saat itu.
Dalam memimpin perusahaan, Choliq merupakan sosok yang tegas. Ia tidak segan untuk mencopot karyawannya yang salah atau gagal dalam bisnis karena korupsi. Bukan hanya staf biasa, tetapi kepala divisi juga dicopot dari jabatannya.
Kinerja Waskita di bawah kepemimpinan Choliq bergerak ke arah positif. Perseroan mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,4 triliun pada semester I tahun 2017, naik 145% dibanding periode sama tahun lalu. Pendapatan perseroan juga meningkat sebesar 92,4% dibanding tahun sebelumnya, menjadi Rp15,5 triliun.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Moch Januar Rizki
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: