Panik dan kebingungan terlihat pada warga Hawaii pada hari Sabtu karena sebuah peringatan palsu tentang serangan rudal balistik yang meluas ke seluruh negara bagian Pasifik A.S tersebut, serta membuat penduduk dan turis berebut untuk berlindung dan mempertanyakan mengapa peringatan tersebut tidak dikeluarkan lebih cepat.
Rhonda Ramirez dan Michael Sterling, keduanya berusia 56 dan dari Los Angeles, menginap di sebuah hotel di distrik wisata Waikiki ketika agen darurat negara mengeluarkan peringatan palsu pada pukul 8:07 pagi (1807 GMT).
Ramirez, seorang broker "langsung mulai menangis. Saya berpikir, 'Apa yang bisa kita lakukan? Tidak ada yang bisa kita lakukan jika sudah dihadapkan dengan rudal," ungkap Sterling, pegawai perusahaan huku, sebagaimana dikutip dari Reuter, Minggu (14/1/2017).
Hotel-hotel juga menginstruksikan para tamu untuk tinggal di dalam ruangan dan sekitar 30 menit kemudian mengumumkan jika tidak ada yang harus dikhawatirkan.
"Itu sudah terlambat," ujar Sterling saat dirinya dan Ramirez bersiap untuk sarapan di restoran.
Ikaika Hussey (39), seorang penerbit di Summit Magazine dan kandidat untuk Honolulu City Council, berada di rumah bersama anak-anaknya saat dirinya mendapat peringatan mengenai ancaman rudal.
"Mereka menyambar makanan dan menuju sebuah ruangan dengan dinding batu," tuturnya.
Hussey juga menyalahkan status Hawaii sebagai target potensial serta menjadi rumah bagi Komando Pasifik A.S. dan Armada Pasifik Angkatan Laut.
"Militerisme justru malah mengurangi, tidak meningkatkan keamanan kita," ujar Hussey via telepon.
Peringatan palsu muncul di tengah ketegangan internasional yang tinggi mengenai pengembangan senjata nuklir balistik Korea Utara. Peringatan tidak diperbaharui selama 38 menit. Banyak di Hawaii yang mempelajarinya salah karena ada tweet yang dikirim oleh Perwakilan A.S. Tulsi Gabbard. Perwakilan Negara Bagian, Matt LoPresti, mengatakan kepada CNN bahwa dia dan keluarganya mencari keamanan di bak mandi serta bertanya-tanya mengapa sirene peringatan nuklir tidak terdengar.
"Itu adalah petunjuk pertama saya bahwa mungkin ada yang tidak beres, entah itu sebuah aksi hack atau error. Tapi kami menganggapnya serius layaknya seperti serangan jantung," terangnya.
Gubernur David Ige meminta maaf atas kesalahan tersebut, dengan mengatakan hal itu terjadi ketika sistem tersebut sedang diuji saat terjadi perubahan shift di Hawaii Emergency Management Agency.
"Karena sirene sudah tidak berdering, pekerjaan berlanjut seperti biasa di kantor pos di distrik Manoa Honolulu," tukas pekerja pos part time Adam Goss, (32).
Teman-teman yang bingung dan dihubungi oleh Goss mengatakan kepadanya bahwa mereka tidak mendengar apapun tentang serangan yang akan terjadi.
"Saya pikir mereka seharusnya segera mengeluarkan pesan lain, daripada meminta cek di Twitter untuk terkait dengan Tulsi Gabbard itu adalah sebuah peringatan palsu," pungkas Goss.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo