Michael Moritz merupakan salah seorang investor yang sibuk. Namanya melambung setelah berhasil meraup keuntungan senilai US$1,5 miliar dari investasinya di Google, YouTube, Yahoo, dan PayPal. Saat ini, Moritz yang merupakan co-founder Sequoia Capital dapat dikatakan sebagai seorang investor ulung di industri startup global.
Di tengah kesibukannya sebagai investor, Moritz yang merupakan mantan awak redaksi Time Magazine ternyata merupakan seorang pembaca tulen. “Istri saya memanggil saya dengan sebutan Imelda Marcos-nya buku,” kata Moritz dalam wawancaranya dengan The New York Times. Imelda Marcos adalah sosok yang boros dalam berbelanja sepatu.
“Begitu sebuah buku masuk ke rumah kami, dapat dijamin buku itu memiliki tempat permanen dalam hidup kami. Karena saya tidak pernah bisa berpisah dengan buku-buku itu, mereka berangsur-angsur terakumulasi seperti sedimen,” kata Moritz.
Ada ungkapan bahwa pemimpin yang serius merupakan seorang pembaca yang serius. Para pengusaha tak segan-segan menggelontorkan uangnya untuk membangun perpustakaan pribadi di rumah mereka. Perpustakaan tersebut bukan hanya menjadi tempat membaca, melainkan dapat dijadikan sebagai tempat untuk mencari ilham dalam mengambil keputusan bisnisnya.
Barangkali, hal tersebut merupakan alasan beberapa CEO tetap menjaga perpustakaan pribadinya agar tidak dimasuki sembarang orang. Bahkan, pebisnis tersebut menjaga privasi perpustakaannya melebihi dari kehidupan seks atau akun bank miliknya.
Hal tersebut pernah dialami oleh para karyawan dari perusahaan sepatu ternama Nike yang pernah berkunjung ke perpustakaan pribadi milik sang pendiri, Phil Knight. Untuk memasuki perpustakan tersebut, setiap orang harus melepas sepatu.
Meski tidak lagi menjadi CEO Nike, perpustakaan milik Knight masih bertahan di kantor pusat Nike di Oregon. Perpustakaan miliknya tepat berada di belakang ruang kerjanya dahulu. Ia juga kerap datang berkunjung ke perpustakaan miliknya. “Tentu masih ada, saya selalu belajar di situ (perpustakaan),” kata Knight.
Jenis buku yang dibaca oleh pebisnis tersebut pun beragam. “Saya mencoba mengubah daftar bacaan saya dan memastikan bahwa saya membaca lebih banyak fiksi daripada nonfiksi,” kata Moritz. “Saya jarang membaca buku bisnis, kecuali Swimming Across milik Andy Grove yang tidak ada hubungannya dengan bisnis, tetapi menggambarkan dasar emosional pria yang luar biasa. Saya juga membaca berkali-kali Seven Pillars Wisdom karya T. E. Lawrence.”
Penyusunan daftar buku perpustakaan milik CEO berbeda dengan penyusunan buku perpustakaan publik yang mengategorikan deretan buku berdasarkan Klasifikasi Desimal Dewey. “Buku-buku saya susun berdasarkan topik dan minat, tetapi dengan cara yang membuat pustakawan menangis,” kata Moritz.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Moch Januar Rizki
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: