Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

PM Israel Klarifikasi Pernyataannya Soal Waktu Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem

PM Israel Klarifikasi Pernyataannya Soal Waktu Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem Kredit Foto: Reuters/Ronen Zvulu
Warta Ekonomi, Jakarta -

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Kamis mengklarikasi pernyataan soal jangka waktu pemindahan kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

Seorang pejabat di kantor Netanyahu mengatakan PM Israel mengakui bahwa pembangunan sebuah kedutaan baru akan memakan waktu bertahun-tahun, namun Netanyahu yakin jika Washington akan mempertimbangkan sebuah "tindakan sementara yang dapat membuat pembukaan kedutaan AS jauh lebih cepat".

Pejabat tersebut yang menolak disebutkan namanya, tidak menentukan langkah-langkah tersebut atau menyebutkan tanggal untuk kedutaan AS di Yerusalem mulai beroperasi. Sebelumnya, media Israel telah berspekulasi bahwa sebelum sebuah bangunan Kedutaan siap ditempati, duta besar A.S. akan beroperasi paruh waktu dari lokasi sementara di Yerusalem.

Trump pada awal Desember mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan menggerakkan proses pemindahan kedutaan dari Tel Aviv ke Yerusalem, yang membahayakan usaha perdamaian Timur Tengah dan membuat dunia Arab dan sekutu-sekutunya berlawanan terhadap sikapnya.

Netanyahu, menurut wartawan Israel yang bepergian bersamanya dalam perjalanan ke India, mengatakan pada hari Rabu "Penilaian solid saya adalah bahwa hal itu akan berjalan lebih cepat dari perkiraan Anda, dalam waktu satu tahun dari sekarang," sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis (18/1/2018).

Pejabat Israel, menanggapi ucapan Trump, mengatakan "Presiden dan Perdana Menteri Israel tidak mengatakan sesuatu yang berbeda".

Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan bulan lalu bahwa upaya pemindahan kedutaan tersebut "mungkin tidak lebih awal dari tiga tahun ke depan, dan upaya tersebut cukup ambisius", sebuah kerangka waktu yang oleh pejabat pemerintahan Trump sendiri dikaitkan dengan aspek logistik dan juga soal perumahan para diplomat.

Yerusalem adalah rumah bagi tempat-tempat suci bagi agama-agama Muslim, Yahudi dan Kristen. Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur yang mereka impikan sebagai ibu kota negara masa depan mereka, namun dalam perang Arab-Israel 1967 Israel mencaplok daerah tersebut dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional,

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo

Bagikan Artikel: