Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Targetkan 35 Perusahaan IPO, BEI Incar Startup dan Anak BUMN

Targetkan 35 Perusahaan IPO, BEI Incar Startup dan Anak BUMN Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Bandung -

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah gencar untuk memboyong perusahaan startup untuk masuk ke pasar modal Indonesia. Pasalnya, pasar modal bisa digunakan para startup sebagai sumber pencarian dana alternatif. 

"Sekarang banyak yang nunggu startup. Banyak yang nunggu startup karena startup itu bicara suatu perusahaan yang the looking market," kata Direktur Utama BEI Tito Sulistio akhir pekan lalu. 

Guna merealisasikan hal tersebut, dirinya pun tak lelah untuk memberikan edukasi serta memberikan jalan agar perusahaan startup dapat tumbuh besar.

"Sekarang kita mendidik dan banyak, kemarin juga startup Unicorn juga datang ke saya. Saya confused mereka karena startup rata-rata ini yang paling bagus cari duitnya gampang banyak yang masuk billion dolar masuknya," terangnya. 

Selain startup, pihaknya terus melobi anak-anak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melantai di bursa. Pasalnya, perusahaan BUMN sendiri sudah tak dapat diharapkan lantaran banyak aturan pemerintah yang menghambat.

"Selalu yang ditunggu orang adalah BUMN, itu fakta privatisasi baik. Tapi, kita tahu kalo kita bicara privatisasi perusahan BUMN, UU No. 19 2003, pasal 74 86 ada 13 pasal itu membuat 25 langkah orang mau IPO sebelum masuk OJK. Itu terus terang menghambat, membuat BUMN privatisasinya juga susah. Karenanya sekarang selalu anak perusahan BUMN itu yang jalan," jelasnya. 

BEI pada tahun ini menargetkan dapat memboyong sebanyak 35 perusahaan untuk melantai di papan perdagangan BEI. Bursa pun berharap bisa meningkatkan jumlah investor dan kapitalisasi pasar Tanah Air.

Hal tersbeut dilakukan guna mengejar ketinggalan pasar modal dengan negara lain agar dapat sejajar dengan bursa saham dunia.

"At least, di 2019 kalo kita mau mengejar ketinggalan. Jadi, di hitungan pasar modal itu market cap dibanding GDP kita itu cuma sekarang 50 persen yang sekarang udah dianual. Kita cuma 50 persen GDP. Malaysia 120, Thailand 90, Singapura 200 persen GDP. Kalau kita mau 10 ribu triliun tahun 2019, kita baru 65 persen GDP, masih ketinggalan. Kita perlu itu kalau pasar modal kita gede, transaksi kita akan lebih besar, pasti kita akan lebih baik," pungaksnya. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: