Kejadian longsor di Kawasan Puncak Bogor bukan akhir-akhir ini saja terjadi, namun sudah ada sejak zaman Daendels Belanda.
Dirjen Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Hilman Nugroho mengatakan ada banyak penyebab longsor yang terjadi di kawasan Puncak. Ia mengatakan kejadian longsor di Puncak merupakan tipe translasi dan terjadi di kawasan APL dengan jenis lahan dengan potensial kritis.
Adapun, tipe-tipe kejadian longsor antara lain translasi, rotasi, pergerakan blok, runtuhan bagian, aliran bahan rombakan, dan rayapan tanah.
"Biasanya setiap tahun terjadi longsor di Puncak. Jadi, (longsor di Puncak) tidak istimewa. Tapi, kejadian kemarin memang agak lebih besar," katanya di Jakarta, Rabu (7/2/2018).
Ia mengatakan penyebab longsor di kawasan tersebut karena curah hujan tinggi mencapai 148 hingga 152 milimeter per hari dengan durasi hujan 2-3 hari, sedangkan kelerengan mencapai 15 hingga 25 persen. Kelebihan beban bangunan di atas tebing ditemukan di lokasi At Ta'awun, Grand Hill, dan Widuri, sedangkan dua lokasi lainnya tidak ada.
"Jenis tanah di kawasan terjadi longsor, andosol dan regosol dengan ketinggian mencapai 1.110 hingga 1.300 mdpl," sebutnya.
Adapun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan kejadian longsor di kawasan Puncak Bogor disebabkan oleh tiga faktor utama di antaranya kontur tanah lereng yang labil, adanya bebatuan, serta beban air hujan yang sangat tinggi.
Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar menjelaskan lokasi longsor di Puncak merupakan daerah merah dengan kerawanan longsor yang tinggi. Ia mengatakan ada faktor manusia yang menjadi penyebab longsor di Puncak.
Sebagaimana diketahui, Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis sehingga pelapukan akan berjalan sangat intensif. Di samping itu, morfologi Bogor umumnya berupa perbukitan dan pegunungan dengan lereng yang terjal yang dibangun oleh endapan dan tanah pelapukan batuan gunung api sehingga aktivitas manusia yang kurang terkontrol menyebabkan potensi longsor akan meningkat jika curah hujan tinggi.
"Kalau batuan itu given tapi lereng kadang-kadang terjadi pemotongan berarti ada pengaruh manusia. Pemicu lainnya adalah air. Bila tata air di atas tidak teratur bisa terjadi longsor," ujar Rudy Suhendar.
Faktor Manusia
Selaras dengan Rudy Suhendar, Hilman Nugroho mengatakan ada faktor manusia dalam penyebab terjadinya longsor di Puncak, yakni perencanaan tata ruang belum optimal, keterlanjuran aktivitas manusia di kawasan lindung di atasnya, kurangnya kesadaran masyarakat, pemotongan tebing untuk jalan sejak zaman Daendels.
"Kegagalan struktur dinding tanah juga ditemukan di lima lokasi yang menyebabkan terjadinya longsor," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: