Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

eIQ Ungkap Alasan Orang Indonesia Memilih Transportasi Online

eIQ Ungkap Alasan Orang Indonesia Memilih Transportasi Online Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

ecommerceIQ (eIQ) adalah sebuah brand market riset di Asia Tenggara yang mendedikasikan dirinya pada dunia ecommerce. Pada Januari 2018, ecommerceIQ melakukan survei yang diikuti oleh 515 orang di kota-kota besar di Indonesia untuk mencari tahu transportasi berbasis aplikasi mana yang menjadi pilihan orang Indonesia. 

Lebih dari 250 juta orang Indonesia dengan cepat mengadaptasi pertumbuhan transportasi berbasis aplikasi (taksi dan ojek online) untuk memudahkan hidup mereka. Tiga pemain besar di Indonesia--Go-Jek, Grab dan Uber--tidak hanya mengurangi kemacetan di jalan dengan menghubungkan banyak pengemudi, tapi juga menawarkan pemesanan makanan online, pembelian melalui fitur e-wallet, dan hampir berbagai layanan on-demand yang Anda pikirkan.

Semua fitur tersebut tercipta karena ketiga aplikasi tersebut mendapatkan kucuran dana jutaan dolar dari venture capital dan perusahaan raksasa seperti Alibaba, Honda, dan Softbank. Namun, aplikasi mana yang sering digunakan dan apa alasannya? 

Tim melakukan survei online terhadap 515 orang (46 persen pria, 54 persen perempuan) di kota besar di Indonesia--Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Beli, Nusa Tenggara Barat hingga Papua.

Mungkin terkaan umum yang akan muncul adalah harga dan jumlah kode promosi sebagai dua faktor utama yang memengaruhi adopsi transportasi berbasis aplikasi di Indonesia. Namun, ternyata survei eIQ menunjukkan hasil yang berbeda. 

Kebanyakan responden menyatakan safety atau keamanan sebagai faktor utama saat memilih aplikasi mana yang akan mereka gunakan. Melihat betapa padatnya lalu lintas Jakarta dan bagaimana cara pengguna sepeda motor berkendara menjadi faktor pendorong responden memilih keamanan.

Studi dari eIQ menunjukkan bahwa kebanyakan dari responden (26 persen) mementingkan keamanan dibandingkan dengan fitur lain ketika memilih aplikasi mana yang akan mereka gunakan. 

Menurut Kakorlantas Polri Irjen Royke Lumowa, kasus kematian karena kecelakaan lalu lintas di Indonesia telah memasuki tingkat berbahaya, di kisaran angka 30.000 per tahun, lebih besar dari gabungan jumlah angka kematian karena kejahatan dan terorisme di Indonesia. Ia juga menambahkan bahwa angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia paling tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. 

"Kira-kira 28.000 hingga 30.000 orang meninggal karena kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya. Dibandingkan dengan kematian karena kasus terorisme dan kriminal (digabung) angkanya jauh lebih besar kecelakaan lalu lintas," jelas Kakorlantas Polri Irjen Royke Lumowa.

Penyedia transportasi berbasis aplikasi harus fokus pada peningkatan kualitas pengendara dan kendaraan mereka, perlengkapan pelindung dan kebijakan asuransi untuk menarik perhatian lebih banyak pengguna. Elemen online dan offline harus dipertimbangkan selama pengembangan produk karena sama pentingnya ketika menyangkut keputusan pembelian konsumen.

Untuk menambah jaminan bagi penumpang dan pengemudi, tiga aplikasi transportasi tersebut pun menawarkan asuransi. Go-Jek menawarkan hingga Rp10 juta (US$751) untuk kematian dan Rp5 juta (US$375,50) untuk cedera. Grab menyediakan hingga Rp50 juta (US$3.755) untuk kematian dan Rp25 juta (US$1.877,50) untuk pengguna dengan luka parah. Sementara Uber menyediakan yang terbaik; mencapai Rp100 juta (US$7.510) untuk kematian dan Rp10 juta (US$751) untuk perawatan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ning Rahayu
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: