Badan Restorasi Gambut akan menambah alat pemantau kebakaran hutan untuk mengantisipasi kebakaran di wilayah lahan gambut.
"Kami akan tambah 200 alat pemantau di daerah-daerah yang rawan kebakaran hutan pada tahun ini, pada tahun lalu kita telah memasang 40 alat pemantau, jadi totalnya akan ada 250 alat pemantau," kata Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead di Jakarta, Kamis (22/2/2018).
Dia mengatakan dalam pemasangan alat itu, BRG bekerja sama dengan BPPT.
Alat itu, ujar dia, berfungsi mengukur tingkat kebasahan gambut.
Seluruh perusahaan pemegang lahan konsesi juga diwajibkan untuk memasang alat pemantau tersebut di wilayah konsesinya.
"Sudah ada peraturan menteri yang mewajibkan setiap perusahaan memasang alat pemantau di lahan konsesinya masing-masing, namun banyak dari mereka masih menggunakan alat pemantau manual," kata dia.
Oleh sebab itu, BRG mendorong perusahaan untuk menggunakan alat otomatis agar pemantauan dapat dilakukan secara lebih akurat dan cepat.
"Kalau manual kan kemungkinan salah catat atau salah ukur itu ada, jika mereka menggunakan alat pemantau otomatis maka kesalahan akibat manusia bisa lebih ditekan," kata dia.
Dia mengatakan idealnya alat pemantau tersebut dipasang setidaknya dapat mewakili 15 persen dari luas lahan gambut, sehingga satu kawasan gambut setidaknya ada tiga alat pemantau.
Namun, kata dia, lebih baik pemasangan alat berdasarkan banyaknya subzona air.
"Misalnya subzona airnya ada 10 maka ada 10 alat minimal yang dipasang di wilayah tersebut, tetapi peraturan menteri mengatur alat pemantau harus mencakup setidaknya 15 persen dari luas kawasan gambut tersebut," kata dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: