Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan pada hari ini meresmikan proyek Excess Power Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Bara yang berada di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Kamis (8/3/2018).
Peresmian Excess Power PLTU Tanjung Bara merupakan salah satu upaya Pemerintah mendorong penyediaan tenaga listrik yang lebih merata agar dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas dengan harga yang terjangkau. Sebagai informasi, PLTU dengan kapasitas (3x18) MW adalah milik PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Dalam keterangannya, Jonan mengatakan keberadaan excess power ini memberikan multiplayer effect terhadap masyarakat di area sekitar PLTU Tanjung Bara, salah satunya adalah mampu melistriki masyarakat Kota Sangata sebanyak 25.578 Kepala Keluarga.
"Proyek dengan kapasitas 3x18 MW ini dibangun sejak Oktober 2011 dengan nilai investasi sebesar USD150 juta. Kehadiran excess power ini melengkapi kapasitas PLTU Tanjung Bara sebelumnya 2X5 MW sehingga kapasitas PLTU Tanjung Bara menjadi 64 MW," jelas keterangan yang diperoleh dari Kementerian ESDM.
Dari total kapasitas tersebut, 30 MW digunakan untuk kebutuhan listrik di lingkungan PT KPC (captive power) dan 34 MW sisanya merupakan excess power dimana 18 MW di antaranya telah berkontrak atau diperjualbelikan kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sementara guna memproduksi excess power, pembangkit ini membutuhkan batu bara sekitar 256.122 ton per tahun dengan nilai kalori sebesar 4700 GAR (Gross Air Received).
PT KPC diharapkan dapat mengembangkan kapasitas pembangkitnya untuk menambah pasokan listrik Kutai Timur pada khususnya dan Provinsi Kalimantan Timur pada umumnya yang sejalan dengan pengembangan jaringan distribusi interkoneksi kalimantan 150 KV yang dibangun oleh PLN.
Salah satu upaya yang ditempuh adalah mengembangkan jaringan kabel distribusi listrik untuk menjangkau wilayah operasi remote yang masih menggunakan genset berbahan bakar solar di sekitar pertambangan batu bara.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Jonan juga meresmikan pabrik pakan ternak skala kecil di Pertenakan Sapi Terpadu (PESAT) dengan kapasitas produksi 2 ton per hari milik PT KPC sebagai salah satu bentuk Community Social Responsibility (CSR).
Keberadaan PESAT tersebut dapat memenuhi kebutuhan pakan konsentrat ternak masyarakat di Kutai Timur dan menekan harga pakan konsentrat yang selama ini dibeli dari Jawa sehingga harganya menjadi lebih murah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Fauziah Nurul Hidayah