Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai pengelola Kebun Raya berencana melakukan penyesuaian kelembagaan dengan membentuk Badan Layanan Umum atau BLU untuk mengoptimalkan perannya sebagai salah satu contoh lembaga riset yang "profit center".
"Ada wacana LIPI membuat BLU, tapi tidak semua Kebun Raya Bogor jadi BLU hanya sebagian saja, supaya komersialisasi betul-betul profesional. Tetapi fungsi lainnya tetap dijaga," kata Pelaksana tugas (Plt) Sekretaris Utama LIPI Laksana Tri Handoko di Kebun Raya Bogor, Minggu.
Laksana mengatakan Kebun Raya Bogor memiliki fungsi utama sebagai pusat konservasi, tempat penelitian, edukasi, sekaligus destinasi wisata.
Pengembangan Kebun Raya Bogor untuk meningkatkan fasilitas mendukung sektor wisatannya sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang ingin Kebun Raya Bogor ditingkatkan fasilitas dan landscapenya sehingga menjadi lebih menarik dan diminati masyarakat.
Keinginan tersebut juga sejalan dengan arahan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokasi agar lembaga pemerintah lebih provit, menjadi entrepreneurship sehingga memerlukan sinergi.
"Kenapa BLU, selama ini Kebun Raya menyetor PNBP setelah itu baru balik lagi, tapi setelah di BLU, memudahkan LIPI mendapatkan anggaran," katanya.
Sebagai contoh, jumlah pengunjung paling banyak ke Kebun Raya Bogor pada libur Natal dan tahun baru, tetapi karena jadwal penyerahan PNBP memiliki batas akhir, sebelum akhir tahun.
"Makanya kami usulkan BLU, tapi masih dalam pembahasan, bagaimana cara mengelola anggaran, agar PNBP lebih mudah, dan LIPI mendapatkan anggaran di luar litbang," katanya.
Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor Didik Widyamoko menyebutkan jumlah pengujung Kebun Raya Bogor setiap tahun rata-rata sebanyak 1,5 juta.
Tapi dari jumlah tersebut tidak semua pengujung membayar tiket, karena Kebun Raya Bogor memiliki program tiket masuk gratis bagi jompo, dan potongan harga 50 persen untuk murid TK dan anak-anak, serta masyarakat tidak mampu.
"Yang bayar kalau ditotal hanya 1 juta, menghasilkan Rp16,6 miliar dari tiketing," katanya.
Menurut Didik, kebutuhan nyata Kebun Raya Bogor sebagai pusat konservasi totalnya Rp50 miliar. Sementara anggaran yang diperoleh oleh Kebun Raya masih kurang.
"Kebun Raya Bogor punya visi layanan publik, tidak semua pendapat tiket itu membiayai, karena kita membiayai lima pilar (penelitian, edukasi, konservasi, jasa lingkungan dan wisata)," kata Didik.
Didik menambahkan Kebun Raya Bogor masih berpotensi menghasilan sumber daya terbarukan yang tinggi, apalagi kebun daya adalah lembaga penelitian di bawah LIPI.
"Kalau nanti jadi lembaga yang layanan lebih besar harus ada penyesuaian dari peraturan dan harga pelayanan. Dan saat ini kita masih menampikkan layanan publik. Sementara ada wacana dari pemerintah supaya lembaga pemerintah provit, sehingga harus ada sinergi," kata Didik.
Selain membentuk BLU, LIPI akan melalukan penataan landscape di Kebun Raya Bogor dengan menambah spot-spot menarik yang kekinian, seperti tempat bersuafoto (selfie-red), lokasi tempat instagramable, tempat foto prewedding, dan penataan lainnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: