Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Cara Medsos Pengaruhi Opini Publik

Begini Cara Medsos Pengaruhi Opini Publik Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure (ID-SIRTII) Rudi Lumanto mengatakan kebohongan atau kesalahan informasi yang ada di pemberitaan media disebarluaskan dan "dibesarkan" secara daring didukung algoritme media sosial untuk memengaruhi opini publik.

"Media sosial digunakan untuk memengaruhi opini publik. Media konvensional membentuk opini publik dengan melakukan agenda setting," kata Rudi melalui siaran pers dari Center for Strategic Development Studies (CSDS) yang diterima di Jakarta, Senin (12/3/2018).

Rudi mengatakan, selain melakukan agenda setting, media massa juga mengajukan pertanyaan atau isu yang dianggap penting dan mengabaikan isu yang dinilai tidak penting meskipun kenyataan yang terjadi di masyarakat sebaliknya.

Dia mencontohkan isu pemanasan global yang gencar dikampanyekan di seluruh dunia, padahal sejumlah negara sebenarnya memiliki isu lain yang sebenarnya lebih penting.

"Di Indonesia, misalnya, yang lebih mengerikan adalah polusi air sungai dan laut, polusi udara dan sampah di darat, serta kerusakan hutan tropis. Semua itu tenggelam oleh isu pemanasan global yang abstrak bagi sebagian orang awam," tuturnya.

Penelitian Samuel Wolley dan Philip Howard tentang propaganda komputasional berskala global mengamati penggunaan media sosial untuk memengaruhi opini publik di sembilan negara, yaitu Rusia, Taiwan, Brazil, Kanada, China, Jerman, Polandia, Ukraina, dan Amerika Serikat.

Penelitian itu menemukan 45 persen akun Twitter aktif di Rusia ternyata robot, termasuk yang konon digunakan untuk memengaruhi pemilihan umum di Amerika Serikat pada 2016 sehingga memenangkan Donald Trump dan menyingkirkan Hillary Clinton.

Di Taiwan, ribuan akun media sosial yang sangat terkoordinasi tapi tidak sepenuhnya robot digunakan untuk menyerang Presiden Tsai Ing-wen yang berbeda pandangan dengan pemimpin Republik Rakyat China.

"Akun robot atau terkontrol itu menciptakan ilusi tentang popularitas dunia maya, termasuk isu yang dianggap penting dan genting," katanya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: