Delegasi bisnis Indonesia mengawali rangkaian misi dagang ke Selandia Baru dengan berpromosi kopi, minyak kelapa sawit, energi terbarukan, dan jasa tenaga kerja kepada para buyer di Selandia Baru. Keempatnya termasuk dalam produk dan sektor unggulan yang dipromosikan pada forum bisnis Indonesia-Selandia Baru di Auckland, Selandia Baru, Jumat (16/3/2018).
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), Arlinda, mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki banyak produk unggulan yang berpotensi ekspor ke Selandia Baru.
"Produk-produk ini dibawa oleh pelaku usaha kami yang sangat tertarik untuk bermitra dengan pelaku usaha Selandia Baru,” kata Arlinda saat menyampaikan sambutan pada forum bisnis Indonesia-Selandia Baru.
Forum bisnis ini perdana diadakan oleh Kementerian Perdagangan dan KBRI Wellington di Selandia Baru. Forum bisnis tersebut dihadiri sekitar 100 pelaku usaha Indonesia dan calon buyer dari Selandia Baru. Pelaku usaha Indonesia mewakili sektor-sektor seperti furnitur, kertas, CPO, kopi, produk agro, jasa, hingga energi. Forum bisnis juga dihadiri oleh Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya.
Indonesia dan Selandia Baru berpotensi meningkatkan hubungan perdagangan di masa depan. Terlebih lagi pada tahun 2014, dalam pertemuan Joint Ministerial Commission Indonesia-Selandia Baru ke-6, kedua negara menyepakati peningkatan nilai total perdagangan sebesar US$2,9 miliar atau Rp40 triliun di tahun 2024.
Dalam forum bisnis Indonesia-Selandia Baru kali ini, Arlinda mengatakan Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar ke-4 sekaligus eksportir terbesar ke-7 dunia. Nilai ekspor kopi Indonesia ke dunia tahun 2017 tercatat sebesar US$1,18 miliar. Saat ini, Indonesia telah memiliki 20 kopi indikasi geografis. Artinya, kopi dari setiap daerah memiliki cita rasa khas yang berbeda dengan daerah lain.
“Tentunya hal ini adalah suatu keunikan yang patut diapresiasi oleh penikmat kopi di Selandia Baru,” tutur Arlinda.
Untuk minyak kelapa sawit, Arlinda menyampaikan kepada para buyer bahwa Indonesia adalah negara produsen terbesar dunia dengan nilai ekspor tahun 2017 mencapai US$20,7 miliar atau 47,93% dari total pasar minyak sawit dunia.
“Masih terbuka peluang besar bagi produk minyak kelapa sawit Indonesia untuk dapat mengisi pasar Selandia Baru. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memastikan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam setiap aspek produk sawit Indonesia,” kata Arlinda.
Sementara itu, di sektor jasa, Pemerintah Indonesia telah menetapkan Selandia Baru sebagai negara prioritas untuk penempatan tenaga kerja Indonesia (TKI) formal/profesional, terutama di sektor hospitality dan perkebunan.
“Untuk itu, dalam kegiatan misi dagang ini, kami mengajak perwakilan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) serta perwakilan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja Indonesia (PPTKI) yang siap bermitra dengan pelaku usaha Selandia Baru dalam mendatangkan tenaga kerja terampil di sektor hospitality, perkebunan, spa, konstruksi, peternakan, dan manufaktur,” kata Arlinda.
Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, menyambut baik misi dagang ke Selandia Baru ini. Tantowi mengatakan forum bisnis yang mempertemukan pelaku usaha Indonesia dan Selandia Baru seperti ini baru pertama kali diadakan.
“Peserta hari ini adalah saksi sejarah. Karena ini adalah forum bisnis yang pertama kali diadakan selama 60 tahun persahabatan Indonesia dan Selandia baru. Saya menyambut baik antusiasme pelaku usaha Selandia Baru untuk menjajaki peluang kerja sama dengan pelaku usaha Indonesia,” kata Tantowi.
Arlinda juga kembali mengundang para buyer untuk datang ke pameran dagang terbesar di Indonesia, yaitu Trade Expo Indonesia (TEI) ke-33 yang akan diadakan pada 24–28 Oktober 2018 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten.
“TEI adalah sarana yang tepat bagi calon buyer untuk semakin mengenal produk-produk Indonesia yang berkualitas ekspor dan menyesuaikannya dengan kebutuhan pasar Selandia Baru,” kata Arlinda.
Misi dagang ke Selandia Baru berlangsung pada 16–19 Maret 2018. Delegasi terdiri atas perwakilan kementerian/lembaga dan para pelaku usaha. Misi dagang ini dipimpin oleh Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), Arlinda. Selain forum bisnis, misi dagang ini juga akan diisi dengan berbagai kegiatan seperti one-on-one business matching dan kunjungan ke berbagai perusahaan importir.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ratih Rahayu
Editor: Ratih Rahayu
Tag Terkait: