Deputy Executive Director of Strategic Marketing Department of TAITRA, Tony Lin menyebut pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah kemacetan di beberapa kota itu salah satunya bisa menggunakan teknologi Electronic Toll Collection (ETC) yang digunakan di Taiwan.
Teknologi seperti itu kini telah menjadi kebutuhan bagi kota-kota pintar atau smart city, agar bisa mengurai masalah kemacetan yang sering terjadi di kota-kota besar.
"Karena dengan ETC itu setiap kendaraan masuk tol tak perlu lagi berhenti. Karena sistem itu sudah secara otomatis membayar dengan berkurangnya pulsa di alat tersebut. Sehingga tak perlu melakukan tap kartu segala," kata Tony di acara seminar Taiwan Excellence Smart Transportation, di Jakarta, Kamis (29/3/2018).
Pasalnya, kata dia, jika harus berhenti untuk melakukan penempelan (tap) uang elektronik itu lama-lama akan membuat antrian panjang. Cara masuk tol tanpa tap dan menggunakan teknologi ETC ini sudah marak digunakan di Taiwan.
Di tempat yang sama, Ketua Asosiasi Pengusaha TIK Nasional-Indonesia (APTIKNAS), Soegiharto Santoso menyebut, kemajuan besar dalam pengembangan ECT di beberapa tahun terakhir menjadi dampak positif bagi berkembangnya industri ECT.
"Kami sambut baik inisiatif Taiwan ini sebagai mitra terpenting bagi kami di ECT. Apalagi Taiwan ini terdepan dalam pengembangan smart city, kemampuan teknologi dan implementasi yang diterapkan di Taiwan patut ditiru. Karena jadi role model," katanya.
Saat ini, salah satu permasalahan di Indonesia adalah kamacetan lalu lintas. Sehingga tantangan ke depan itu adalah memecahkan kepadatan lalu lintas di kota.
"Kami ingin jadikan kota di indonesia layak huni, kami ingin kejar teknologi terbaru dan memiliki keperacayaan di industri transportasi. Makanya konsep smart city Taiwan dengan teknologi transportasinya itu bisa diterapkan di indonesia," ungkap Soegiharto.
Smart Parking
Selain penggunaan ETC, smart city di Taiwan juga menerapkan teknologi transportasi cerdas, termasuk menciptakan sistem parkir cerdas yang terkoneksi dengan teknologi informasi.
"Lewat smart parking, Anda tidak perlu susah-susah mencari tempat parkir. Jadi tidak buang-buang waktu dan biaya,” kata Jopson Li, Presiden Direktur PT Atop Indonesia Technologies.
Dalam penggarapan parkir pintar itu, Atop Technologies sendiri punya peran di bidang sistem parkir. Mereka dan Advantech bisa berbagi teknologi untuk memanfaatkan internet of things, sistem penerapan transportasi pintar.
Parkir pintar tidak lain adalah merupakan sistem yang menginformasikan slot-slot kosong di area parkir sebuah gedung. Nantinya, informasi itu bisa dilihat di layar gadget, mana slot-slot yang sudah terisi, dan mana yang masih kosong.
DiTaiwan sendiri, sistem ini diujicobakan di 53 tempat parkir khusus di dalam kota. Informasi real-time akan dikirimkan ke pengguna untuk mengecek ketersediaan tempat parkir.
Dengan kemiripan kebutuhan ini, Jopson Li mengatakan bahwa Indonesia seharusnya juga bisa menerapkan sistem yang sama. Sistem ini, katanya, sudah diadopsi di kota-kota besar dunia, seperti Los Angeles, Amerika Serikat.
"Sudah di coba di Jakarta, yang lain di bandara Djuanda Surabaya. Ke depan ingin ekspansi di kota besar lainnya seperti Medan, Makassar, Balikpapan, Batam," kata Jopson Li.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman