Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Peluncuran SpaceX Gairahkan Industri Astronomi

Peluncuran SpaceX Gairahkan Industri Astronomi Kredit Foto: Reuters/KCNA
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kesuksesan peluncuran SpaceX Falcon Heavy milik pengusaha Elon Musk menandai titik balik peradaban manusia dalam menjelajahi antariksa. Untuk pertama kalinya sejak AS dan Uni Soviet memulai peluncuran Apollo mereka ke dalam orbit antariksa, roket paling kuat di dunia didesain oleh perusahaan swasta.

Peter Apps, Anggota the British Army Reserve and the UK Labour Party dan Pendiri PS21, menyatakan peluncuran ini menjadi pertanda kemajuan upaya manusia dalam menjelajahi antariksa. Sampai hari ini, industri roket tersebut sangat erat kaitannya dengan bisnis pemerintah. Roket Saturnus 5 yang membawa Neil Armstrong dan kawan-kawan mendarat di bulan dibuat oleh salah satu proyek pemerintah terbesar sepanjang waktu.

Perusahaan swasta sebenarnya sudah sejak lama melirik bisnis ini. Peluncuran secara komersil dimulai pada dekade 1980-an oleh perusahaan asal Perancis, Arianespace. Namun hingga satu dekade yang lalu, khususnya di AS, sebagian besar industri ini diramaikan oleh roket-roket pemerintah AS dan Rusia. Dinamika ini membawa perubahan besar. Jika nantinya manusia berhasil mendarat di Mars, itu bisa saja dilakukan oleh perusahaan swasta. 

Meski perusahaan swasta kebanyakan masih bergantung pada teknologi milik pemerintah yang ada, pelan-pelan mereka mulai mengembangkanteknologinya sendiri . Meski Falcon meluncurkan roket mereka dari fasilitas NASA seperti Cape Canaveral, pada kenyataannya mereka menggunakan teknologi yang mereka kembangkan sendiri, seperti re-usable boosters yang memungkinkan pendaratan maupun dipandu dengan pesawat tanpa awak (drone) di udara.

Kalaupun satu kegagalan Falcon Heavy berdampak besar bagi SpaceX, hal ini akan terus membuka peluang-peluang baru bagi rivalnya. Pendiri Amazon, Jeff Bezos, memiliki perusahaan kapal antariksanya sendiri. Blue Origin memiliki purwarupa reusable New Glenn roket, salah satu inovasi besar di bisnis antariksa ini.

Wajar kalau memang pemerintah masih menjadi pemain dominan di Industri ini. AS, Rusia, dan Cina nyatanya memang telah memonopoli industri ini. Presiden AS terdahulu, Barrack Obama, juga sempat menyatakan ingin membuat NASA mengembangkan roket yang bisa mengantarkan manusia ke Mars pada 2030 kelak. Namun, pengembangan industri antariksa oleh perusahaan swasta bukanlah sesuatu yang baru. Pengusaha Virgin Galactic, Richard Branson, telah mengembangkan kapal antariksa re-usable passanger selama bertahun-tahun, meski masih memiliki risiko musibah yang tinggi dan belum sempurna. 

Berbeda dengan pemerintah yang memerlukan komitmen politik dalam menggunakan anggaran pemerintah untuk memajukan industri ini. Adapun perusahaan swasta harus membuktikan adanya prospek keuntungan terlebih dahulu untuk mendapatkan investasi. Pengumpulan data satelit mungkin salah satunya, tetapi penjelajahan antariksa secara lebih luas dan menjaga kelangsungan hidup astronot adalah bentuk return of investment yang belum teruji.

Meski risikonya tinggi, nyatanya antusiasme perusahaan swasta di industri ini tetap tinggi. Pada 2016 lalu, investor AS menaruh sekitar US$2,8 miliar kepada perusahaan startup bidang antariksa. Investasi tersebut naik US$400 juta dari tahun sebelumnya. Tentunya itu hanya bagian kecil jika dibandingkan dengan alokasi anggaran pemerintah AS untuk NASA yang mencapai US$19,5 miliar, atau sekitar 0,5% saja dari total anggaran belanja pemerintah AS.

SpaceX adalah simbol dari gairah swasta di industri antariksa. Dengan roket yang lebih kecil, SpaceX pertama kali meluncurkan satelitnya ke orbit geostationary pada Desember 2013. Roket Falcon mereka ditawar dengan harga paling murah untuk menempatkan benda pada orbit rendah bumi, termasuk lebih murah dari Arianespace miliki Airbus dan Safran.

Jika biaya bisa dikendalikan, tentunya perusahaan akan dengan mudah berkembang pesat, mungkin saja mereka bisa menambang asteroid atau diberi hak untuk mengeksplorasi planet-planet berbeda (tentunya perlu perjanjian formal internasional). Sudah ada precedent akan ini, pada abad ke-16 dan 17 lalu, banyak negara monarki di Eropa yang menciptakan perusahaan swasta untuk menjelajahi teritorial baru. Beberapa di antaranya, Belanda dan British East India Companies atau Hudson Bay Kanada secara de facto menguasai daratan dan menjalankan monopoli virtual selama berabad-abad. Hal yang sama juga mungkin terjadi di industri antariksa. Dibantu dengan penemuan internet, pemerintah AS pada akhirnya sedikit telat menyadari bahwa cyberspace saat ini sudah didominasi oleh perusahaan swasta seperti Google. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Ratih Rahayu

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: