Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kadin: Pemerintah Butuh Rp30 Triliun Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja

Kadin: Pemerintah Butuh Rp30 Triliun Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Pekerja menyelesaikan pesanan jahitan pakaian muslim di De'Cantiqu Factory, Cibiru, Bandung, Jawa Barat, Senin (30/10). Kementerian Perindustrian menargetkan laju pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional hingga akhir 2017 mencapai 2,59 persen dengan nilai ekspor USD12,09 miliar dan penyerapan tenaga kerja 2,73 juta orang. Sementara pada 2019 diproyeksikan laju pertumbuhan industri TPT mencapai 3,56 persen dengan nilai ekspor USD15 miliar dan penyerapan tenaga kerja 3,11 juta orang. | Kredit Foto: Antara/M Agung Rajasa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebutkan pemerintah membutuhkan anggaran sebesar Rp30 triliun untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja dengan keahlian khusus.

Ketua Komite Tetap Ketenagakerjaan Kadin Indonesia Bob Azam pada diskusi di Jakarta, Jumat (4/5/2018), mengatakan setiap tahunnya ada tiga juta penduduk di Indonesia yang masuk angkatan kerja. Namun, banyaknya sumber daya manusia tersebut tidak didukung oleh keahlian (skill).

"Kalau penduduk Indonesia sekitar tiga juta masuk pasar kerja, butuh Rp30 triliun untuk melengkapi mereka dengan keahlian. Anggaran pemerintah sekarang hanya Rp1 triliun," kata Bob.

Ia menjelaskan selain anggaran yang harus ditingkatkan, lembaga pelatihan dan perusahaan juga harus siap menampung tenaga kerja terlatih tersebut.

Bob memaparkan saat ini Indonesia termasuk negara di Asia Tenggara yang dilirik sebagai investasi yang tepat, bersandingan dengan Filipina dan Vietnam.

Dengan besarnya investasi yang masuk di Indonesia, pemerintah perlu menyiapkan tenaga kerja terlatih dan mengidentifikasikan sektor industri yang paling menyerap tenaga kerja.

Selain itu, Indonesia memiliki peluang untuk memanfaatkan bonus demografi sampai 2030 di mana jumlah kelompok usia produktif (15-64 tahun) melebihi usia tidak produktif (anak-anak usia 14 tahun ke bawah dan orang tua berusia 65 ke atas).

"Kita punya peluang emas sampai 2030. Lewat 10 tahun lewat juga momentumnya, kita akan lebih sulit lagi mengangkat ekonomi kita," kata Bob.

Ada pun revolusi industri 4.0 tengah berlangsung dan membuat kompetisi global semakin ketat. Kesiapan modal manusia menjadi kunci agar Indonesia bisa memanfaatkan revolusi industri.

Tantangan Indonesia saat ini adalah sekitar 60 juta orang dari 120 juta angkatan kerja masih berpendidikan sekolah menengah pertama ke bawah.

Artinya, masih banyak pekerja Indonesia yang berpendidikan dasar. Peningkatan dan penambahan keterampilan kerja pun menjadi strategi penting untuk memperkuat kompetensi pekerja Indonesia.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: