Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Dunia Naik, ICP April Jadi USS67,43 Per Barel

Harga Minyak Dunia Naik, ICP April Jadi USS67,43 Per Barel Kredit Foto: Andi Aliev
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah Indonesia (ICP) naik drastis pada April 2018. Berdasarkan perhitungan formula ICP, harga rata-rata pada bulan lalu sebesar US$67,43 per barel atau naik US$5,56 per barel dari US$61,87 per barel pada bulan sebelumnya.

Dalam keterangan tulis yang diterima Warta Ekonomi, peningkatan harga minyak mentah Indonesia tersebut sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang diakibatkan beberapa faktor.

Pertama, Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) menyebut pertumbuhan permintaan minyak dunia untuk 2018 telah disesuaikan lebih tinggi sekitar 30 ribu barel per hari dibandingkan dengan penilaian bulan sebelumnya sehingga menjadi sebesar 1,63 Juta barel per hari.

Kedua, berdasarkan publikasi International Energy Agency (IEA) April 2018, untuk tahun ini secara keseluruhan, permintaan minyak diperkirakan tumbuh sebesar 1,5 juta barel per hari. Permintaan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) pada kuartal I 2018 telah direvisi naik 315 ribu barel per hari.

Ketiga, meningkatnya ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah akibat penyerangan udara dari Amerika Serikat, Prancis,dan Inggris kepada Suriah. Pengeboman tersebut merupakan intervensi terbesar oleh negara-negara Barat terhadap Suriah dan sekutunya-sekutunya, termasuk Rusia.

Keempat, terjadi peningkatan throughput kilang. Berdasarkan publikasi IEA April 2018, terdapat peningkatan aktivitas kilang pengolahan. Setelah dua tahun pertumbuhan yang relatif rendah, penambahan kapasitas kilang kembali membaik. Utamanya di Amerika dan kawasan Timur Tengah.

Sementara untuk kawasan Asia Pasifik, kenaikan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya adanya peningkatan permintaan minyak di India yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pembangunan infrastruktur pemerintah dan Korea Selatan yang digunakan untuk kebutuhan industri petrokimia serta kondisi pertumbuhan perekonomian di India dan China yang tinggi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: