Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Seri Tulisan Witjaksono: Unorganic Growth (1)

Seri Tulisan Witjaksono: Unorganic Growth (1) Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jika sebelumnya sudah dibahas perkembangan bisnis melalui organic growth, pada tulisan ini saya sedikit mengupas gambaran sebuah metode leverage bisnis dengan gaya unorganic growth. Sesi pertama seri ini akan membahas: leveraged buyout (LBO).

LBO adalah akuisisi. Biasanya perusahaan, tetapi bisa pula aset tunggal seperti real estate yang harga belinya dibantu oleh gabungan saham dan utang dan yang arus kas atau aset targetnya dipakai untuk menjamin dan melunasi utang. Karena utang biasanya memiliki biaya modal yang lebih rendah daripada saham, imbal balik saham meningkat seiring peningkatan utang. Utang tersebut otomatis menjadi dongkrak untuk menambah imbal balik yang menjadi asal usul istilah LBO. Secara harafiah: pembelian terdongkrak.

Saya akan gunakan sebuah kisah untuk membantu pembaca dalam memahami konsep tersebut. Sekitar tujuh tahun lalu, pada saat salah satu bisnis saya seger buger, saya sudah mempraktikkan sebuah ilmu seni korporasi yang namanya leveraged buyout. Jujur, saat itu saya tidak terlalu paham tentang LBO. Akan tetapi, karena mempraktikkan teori LBO maka saya bisa memahami konsep tersebut.

Saat itu, order perusahaan sangat bagus, omzet melejit, dan semua orang datang berduyun-duyun siap membantu pengembangan bisnis. Ibaratnya, bisnis kita ini seperti permen manis yang rasa manisnya tercium ke mana mana. Rasa gairah muda bergejolak, terus berpikir bagaimana bisnis ini berkembang lebih melesat tinggi? Akhirnya, kita putuskan dengan cara akuisisi perusahaan supplier dan kompetitor.

Unorganic growth pada prinsipnya mengembangkan bisnis dengan cara tidak alami dan cenderung memanfaatkan perkembangan bisnis orang lain untuk digabungkan dengan bisnis sendiri agar sinergitas usaha lebih solid dan mempercepat laju perusahaan. Saat itu, kita mengambil alih satu perusahaan supplier yang sekaligus sebagai kompetitor di mana perusahaan itu kita lihat punya potensi bagus tapi tidak maksimal. Akhirnya, kita putuskan untuk mengambil alih 100% kepemilikan saham atas kompetitor itu.

Metode LBO, yaitu menggabungkan kekuatan finansial perusahaan existing (diperoleh dari laba perusahaan) dengan bantuan pihak lain yang digunakan untuk mengambil alih saham perusahaan. Karena saat itu yang menawarkan dana adalah pihak perbankkan maka kita putuskan untuk melakukan akuisisi dengan dibantu dana perbankan. (Mohon maaf saya bukannya mengajarkan untuk berutang).

Alhasil, keberhasilan akuisisi itu menciptakan citra positif buat perusahaan, baik di persaingan dan kapasitas produksi. Kita melakukan reconcept management yang awalnya satu shift menjadi tiga shift, memperbarui mesin produksi, dan merombak manajemen. Alhasil, dalam kurun waktu tidak lebih dari dua tahun maka hasil produksi dari 800 ton per bulan menjadi 3.000 ton per bulan. Nah, itu gambaran kasar apa itu LBO.

Dalam otak saya sekarang terpikir bagaimana kalau kita melakukan LBO tapi tidak menggunakan dana utang. Nah, itu yang akan dibahas detail adalah bagaimana saya melakukan LBO dengan utang (pada saat itu) dan akan saya ajak teman-teman nanti berdiskusi melakukan seni unorganic growth salah satunya LBO tanpa menggunakan utang.

Metode baru ini saya sebut leveraged crowd buyout (LCBO). Apa itu dan bagaimana melakukannya? Bantu saya untuk berpikir dan mengubah ekonomi kita dengan cara berbeda.

Berjuta juta cara, berjuta juta semangat, berjuta juta manfaat, untuk mendapat rahmat. Million Ways.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: