Aktivitas impor alias pengiriman barang dari luar negeri ke Sulsel mengalami peningkatan drastis dalam setahun terakhir. Salah satu komoditas yang banyak didatangkan yakni mesin/peralatan listrik. Peningkatan komoditas itu mengalami lonjakan signifikan, baik secara bulanan maupun tahunan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor mesin/peralatan listrik di Sulsel secara bulanan melonjak 1241,66% dari US$2,68 juta pada Maret 2018 menjadi US$35,91 juta. Kontribusi mesin peralatan listrik mencapai 33,83% dari total nilai impor Sulsel sebesar US106,16 juta. Adapun secara tahunan, kenaikannya mencapai 478,09%.
"Nilai impor peralatan listrik Sulsel periode April 2018 merupakan yang tertinggi (US$35,91 juta), bahkan di atas bahan bakar mineral (US$33,45). Tren peningkatannya pun tinggi secara bulanan maupun secara tahunan," kata Kepala BPS Sulsel, Nursam Salam, di Makassar.
Melonjaknya nilai impor mesin/peralatan listrik tidak lepas lantaran banyaknya proyek pembangunan pembangkit listrik di Sulsel. Saat ini, diketahui ada dua megaproyek pembangkit listrik energi terbarukan, tepatnya Pembangkit Listrik Energi Bayu. Masing-masing dikerjakan di Kabupaten Sidrap dan Kabupaten Jeneponto.
Secara keseluruhan, Nursam melanjutkan meski nilai impor mesin/peralatan listrik yang dominan pada periode April 2018, tapi sepanjang tahun ini, nilai impor bahan bakar mineral masih yang tertinggi. "Sepanjang 2018, nilai impor bahan mineral US$130,18 juta, disusul mesin/peralatan listrik US$70,10 juta; serta gula dan kembang gula US$33,94 juta," pungkasnya.
Secara umum, kinerja impor Sulsel meningkat periode April 2018. Terjadi peningkatan signifikan mencapai 14,08%n, dimana nilai impor melonjak dari US$93,05 juta menjadi US$106,16 juta. Bahkan, peningkatannya menembus 61,54 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$65,72 juta.
"Nilai impor barang yang dibongkar lewat beberapa pelabuhan di Sulsel pada April 2018 tercatat mencapai US$106,16 juta. Itu meningkat 14,08% dibandingkan bulan sebelumnya (US$93,05 juta), bahkan meningkat 61,54% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (US$65,72 juta)," ujarnya.
Lima komoditas utama yang diimpor periode April 2018 meliputi mesin/peralatan listrik; bahan bakar mineral; gula dan kembang gula; mesin-mesin/pesawat mekanik dan ampas/sisa industri makanan. Kontribusi masing-masing komoditas itu sebesar 33,83%; 31,51%; 10,66%; 6,26% dan 3,41%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: