Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Amerika Serikat masih mendominasi pangsa pasar terbesar ekspor non migas Jawa Barat pada Mei 2018 senilai US$458,06 juta. Disusul Jepang dan Thailand dengan nilai masing-masing US$286,51 juta dan US$233,59 juta dengan peranan ketiga ekspor tersebut mencapai 35,00%.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Dody Herlando mengatakan nilai ekspor non migas Mei 2018 dibanding bulan sebelumnya, umumnya mengalami peningkatan di kisaran 14,87%, kecuali ke negara Hongkong yang turun 3,36%.
Secara year on year total ekspor ke 13 negara utama naik sekitar 21,91%, kecuali eskpor ke Malaysia yang turun 1,41% dan beberapa negara ASEAN lainnya yang juga turun sebesar 7,84%.
"Tapi secara kumulatf y-o-y, yang mengalami penurunan adalah Malaysia dan Amerika Serikat, masing-masing sebesar 5,25% dan 3,41%," katanya kepada wartawan di Bandung, Senin (2/7/2018).
Dody menjelaskan volume ekspor pada Mei 2018, mengalami peningkatan sebesar 11,86%, dengan besaran mencapai 761,97 ribu ton dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 681,19 ribu Ton. Hal ini disebabkan oleh naiknya volume ekspor non migas sebesar 13,053% dengan kontribusi terhadap total sebesar 93,68%. Sedangkan volume ekspor migas turun sebesar 8,64% dengan kontribusi sekitar 6,32% terhadap total volume ekspor.
Secara y-o-y pertumbuhan mencapai 13,61 persen, untuk komoditas non migas naik sebesar 20,60 persen sedangkan migas turun hingga 49,23%.
"Dilihat angka kumulatif periode Januari-Mei pertumbuhan volume ekspor sebesar 8,45%, dengan angka pertumbuhan volume non migas mencapai 13,53%," jelasnya.
Sementara itu, Nilai impor Jawa Barat Mei 2018 mencapai US41,23 miliar atau naik 1,49% dibanding April 2018 yang mencapai US41,21 miliar.
Impor non migas Mei 2018 mencapai US$1,04 milIar atau naik sekitar 4,08% dibanding April 2018 yang tercatat sebesar US$1,00 miliar. Impor migas turun sebesar 11,09%, dari US$205,70 juta menjadi US$182,89 juta.
Secara year-on-year periode Mei 2017- Mei 2018), nilai impor migas tertinggi Jawa Barat tercatat pada April 2018 senilai US$205,70 juta, sedangkan terendah senilai US$46,00 juta terjadi pada Mei 2017.
"Sedangkan, nilai impor non migas tertinggi tercatat pada Juli 2017 senilai US$1,07 miliar, sedangkan nilai terendah US$0,60 miliar pada Juni 2017," ujarnya.
Doddy menambahkan nilai impor non migas dari 10 golongan barang utama bulan Mei 2018 tercatat senilai US$721,32 juta atau naik 5,69% dibanding April 2018. Hampir seluruh kelompok barang utama mengalami peningkatan, kecuali tga (3) kelompok: Mesin/Pesawat Mekanik, Kapas, serta Besi dan Baja yang turun masing-masing sebesar 8,68%, 2, 57 dan 6,89%.
Impor non migas Jawa Barat bulan Mei 2018 terbesar berasal dari Tiongkok senilai US$329,21 juta, Korea Selatan senilai US$157,15 juta, dan Jepang senilai US$148,59 juta, dengan peran masing- masing 30,06 persen, 14,37% dan 16,11% terhadap total nilai kumulatf impor non migas.
"Secara year-on-year dan kumulatif Januari-Mei, tujuan penggunaan Barang impor bulan Mei 2018 seluruhnya menunjukkan pertumbuhan positf, kecuali peruntukan sebagai Barang Modal seluruh aspeknya menunjukkan penurunan," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: