Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise, terus mendorong percepatan penerapan keseteraan gender di Indonesia. Pemerintah menaruh atensi besar terhadap realisasi cita-cita mulia tersebut, apalagi pengarusutamaan gender sudah menjadi komitmen global. Hal itu disampaikan Menteri Yohana dalam International Conference on Gender and Development (ICGD) 2018, di Universitas Hasanuddin, Kota Makassar, belum lama ini.
Menteri Yohana mengatakan agenda pembangunan berkelanjutan 2030 atau SDGs telah disepakati menjadi komitmen global, dimana kesetaraan gender menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai. Perempuan dan laki-laki mesti setara terlibat dalam pembangunan. Itu selaras dengan komitmen Indonesia untuk memperjuangkan perubahan positif bagi kaum perempuan, khususnya yang menyangkut akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dari pembangunan.
"Penerapan kesetaraan gender dalam rangka pembangunan berkelanjutan di Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama. Keberhasilan dari pelaksanaan pembangunan berkelanjutan ini menuntut partisipasi dan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk pemerintah, kementerian/lembaga, tenaga ahli serta akademisi, termasuk di dalamnya adalah lembaga pendidikan, yakni perguruan tinggi," ucap Menteri Yohana, dalam keterangan persnya.
Berdasarkan data dari Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional pada 2016 menunjukkan sebanyak 18,3 % perempuan menikah usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik dan atau kekerasan seksual. Yang palinh dominan adalah Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan jumlah 12,3 %.
Selanjutnya, angka kekerasan terhadap anak juga cukup memprihatinkan. Survei Kekerasan Terhadap Anak (SKTA) pada 2013 menunjukkan jumlah kekerasan terhadap anak yang tinggi, yaitu 38,62 % pada anak laki-laki dan 20,48 % pada anak perempuan. Data tersebut menunjukan bahwa tingkat kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia masih cukup memprihatinkan.
"Untuk itu, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencanangkan program prioritas, yakni Three Ends (Tiga Akhiri). Three Ends menjadi salah satu strategi untuk menciptakan lingkungan yang ramah bagi perempuan dan anak dengan upaya mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak; mengakhiri perdagangan orang; dan mengakhiri ketidakadilan akses ekonomi bagi perempuan."
"Jika ketiga hal tersebut dapat terpenuhi, maka saya yakin kita dapat menciptakan kesetaraan gender di Indonesia," sambung Menteri Yohana.
Hal senada disampaikan oleh Rektor Universitas Hasanuddin, Dwia Aries Tina Pulubuhu. Menurut dia, membahas perempuan dan anak sama halnya membahas tentang masa depan bangsa. "Oleh karena itu, percepatan pelaksanaan kesetaraan gender dan perlindungan terhadap perempuan dan anak merupakan tanggung jawab kita bersama," ujarnya.
"Kontribusi dari akademisi akan sangat bermanfaat terutama dalam memberikan pendampingan dan penyelesaian masalah yang ada di sekitar kita," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: