Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Di Sulsel, Penyaluran Kredit Lebih Tinggi Ketimbang Penghimpunan DPK

Di Sulsel, Penyaluran Kredit Lebih Tinggi Ketimbang Penghimpunan DPK Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
Warta Ekonomi, Makassar -

Perkembangan industri jasa keuangan di Sulsel periode Mei 2018 terus menunjukkan pertumbuhan positif. Tidak hanya total aset perbankan yang terus bertumbuh, tapi juga penyaluran kredit. Pertumbuhannya bahkan jauh melampaui penghimpunan dana pihak ketiga alias DPK. Kondisi itu membuat penyaluran kredit lebih tinggi ketimbang penghimpunan DPK. 

Kepala Bagian Kemitraan dan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah OJK Kantor Regional 6 Sulawesi Maluku dan Papua, Andi Muhammad Yusuf, mengatakan penyaluran kredit perbankan tumbuh 7,79% (yoy) menjadi Rp117,07 triliun. Itu terdiri dari kredit modal kerja Rp44,34 triliun; kredit investasi Rp20,88 triliun dan kredit konsumsi Rp51,85 triliun.

"Adapun untuk penghimpunan DPK tumbuh lebih rendah 3,68% dengan nominal Rp89,13 triliun. Itu terdiri dari giro Rp13,95 triliun; tabungan Rp46,78 triliun; dan deposito Rp28,40 triliun," kata Yusuf, Senin (16/7).

Berdasarkan data OJK, penyaluran kredit di Sulsel ditilik dari sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha pertanian mencapai 36,71 % (yoy). Disusul sektor perikanan 34,66% (yoy) dan sektor perantara keuangan 28,45% (yoy). Sedangkan pada sektor bukan lapangan usaha, penyaluran kredit dengan tingkat pertumbuhan signifikan dicatat kredit kepemilikan rumah tinggal mencapai 14,39% (yoy). 

Berdasarkan sektor lapangan usaha, pertumbuhan kredit tertinggi ke sektor pertanian tumbuh 36,71% yoy, sektor perikanan 34,66% yoy dan sektor perantara keuangan 28,45% yoy. Adapun pada sektor bukan lapangan usaha, kredit untuk pemilikan rumah tinggal dan kredit lainnya tumbuh tinggi masing-masing 14,39% yoy dan 17,02% yoy. 

Secara umum, perkembangan industri jasa keuangan di Sulsel pada Mei 2018 masih tumbuh positif. Semua itu ditopang fungsi intermediasi yang meningkat disertai tingkat risiko yang tetap aman. Yusuf melanjutkan kinerja intermediasi perbankan Sulsel terjaga pada level yang tinggi dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang meningkat menjadi 130,29% dan tingkat risiko kredit bermasalah berada di level aman 4,48%. 

"Industri perbankan masih tumbuh positif dengan intermediasi perbankan yang meningkat," ujar Yusuf. 

Hingga periode Mei 2018, OJK mencatat total aset perbankan di Sulsel tumbuh tipis. Secara tahunan, terjadi pertumbuhan berkisar 0,38%, dari Rp135,72 triliun menjadi Rp136,23 triliun. Kebanyakan berasal dari aset bank umum ketimbang BPR. Rinciannya yakni aset bank umum Rp133,72 triliun dan aset BPR Rp2,51 triliun. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: