Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Toto Pranoto: Reformasi BUMN Ala SASAC

Oleh: Toto Pranoto, Managing Director Lembaga Manajemen FEB UI

Toto Pranoto: Reformasi BUMN Ala SASAC Suasana pembangunan proyek LRT di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (5/6). Menurut Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah, seluruh pengerjaan proyek pembangunan di Jakarta dihentikan mulai Selasa (5/6) menjelang arus mudik lebaran 2018/1439 H, termasuk di sejumlah ruas tol yang tengah dibangun di antaranya Jakarta-Cikampek II (elevated), LRT, serta Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Pengerjaan akan kembali dilanjutkan pada 24 Juni 2018. | Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

"Belajarlah sampai negeri China", begitulah adagium lama yang sering kita dengar. Entah apa yang menjadi inspirasi kutipan tersebut. Namun, perkembangan ekonomi China saat ini, sebagai salah satu adidaya dunia, seolah membuktikan pernyataan tersebut. Salah satu motor kegiatan ekonomi di China adalah BUMN-nya.

Lembaga Manajemen Universitas Indonesia (LM UI) berdiskusi dengan pihak State Asset Supervision and Administration Commission (SASAC) dan beberapa BUMN di China dalam kesempatan business trip di awal Mei 2018 lalu. Bersama beberapa eksekutif BUMN yang tergabung dalam trip ini, dilakukan kegiatan diskusi, sharing experience, dan upaya membangun business networking di antara kedua belah pihak. 

Kunjungan pertama dilakukan ke lembaga pengelola BUMN di China, yaitu SASAC. Lembaga ini menjadi institusi seperti Kementerian BUMN di Indonesia. Delegasi BUMN Indonesia diterima oleh Mr. Yin Yisheng sebagai Deputi Direktur Bidang Restrukturisasi SASAC.

Seperti diketahui, reformasi BUMN di China dilakukan sejak periode 1998—2002 di bawah kepemimpinan Perdana Menteri (PM) Zhu Rongji. Penutupan hampir 60 ribu perusahaan BUMN yang disertai pemberhentian hampir 30 juta pegawai, dilakukan. Ini sebagai bentuk respons atas rendahnya produktivitas dan inefisiensi, serta buruknya implementasi good governance. Upaya lebih keras dalam restrukturisasi BUMN juga dilakukan sejak pertengahan tahun 2000-an. Untuk itulah, tepatnya pada tahun 2003, didirikan SASAC sebagai badan yang mengatur pengelolaan BUMN di China.

Menurut Deputi Direktur Bidang Restrukturisasi SASAC, Yin Yisheng, lembaga ini dibentuk sejak 2003 untuk menyupervisi pengelolaan BUMN menuju korporasi yang bersaing global. Saat ini, SASAC mengelola 97 BUMN dari sebanyak 105 BUMN pada periode sebelumnya. Proses merger dan holdingisasi BUMN sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir dengan tujuan mengurangi rentang kendali (span of control) dan fokus pada pengembangan BUMN.

Secara kuantitas memang berkurang, tetapi dalam konteks market value, nilai BUMN di bawah kelolaan SASAC meningkat tajam. Pada dua bulan pertama di tahun 2018 ini, SASAC telah membukukan keuntungan US$24 miliar, serta nilai sales mencapai 3,7 triliun yuan. Profit tumbuh sebesar 13,6% meskipun makro ekonomi China tumbuh lebih lambat. Sebagian besar BUMN di bawah SASAC pun sudah menjadi perusahaan terbuka, listed di Shanghai dan Shenzhen Stock Exchange (domestik), serta di Hongkong Stock Exchange. 

Pasar modal domestik (saham Seri A) hanya bisa ditransaksikan oleh warga negara China. Sementara, saham Seri H yang ditransaksikan di pasar modal Hongkong bisa juga dilakukan oleh pihak asing.

Sejak Kongres Partai Komunis China (PKC) ke-18 pada 2013, aturan pengelolaan BUMN memberikan kewenangan lebih besar pada direksi BUMN untuk melaksanakan corporate actions. Di antaranya, kewenangan untuk membuat skema kompensasi dan insentif untuk top manajemen. Selain itu, mulai diperkenalkan model mixed ownership yang membuat sektor swasta bisa memiliki aset joint venture (JV) bersama dengan BUMN. 

Model market competition juga mulai gencar dilakukan di 2013 lalu. Desentralisasi kewenangan diberikan lebih luas kepada manajemen BUMN sejak Maret 2018. Reformasi kelembagaan BUMN diserahkan ke masing-masing BUMN supaya mereka lebih fleksibel menghadapi dinamika bisnis. 

Beberapa model reformasi yang akan dijalankan biasanya dilakukan melalui pilot project. Pada 2014, SASAC menetapkan 6 BUMN untuk turut serta dalam 4 pilot project. Misalnya, developing new ownership program (melibatkan perusahaan farmasi Sinopharm), proyek kompensasi dan insentif manajemen (CNBMG dan Sinopharm), serta proyek pembentukan perusahaan aset negara (melibatkan COFCO dan Chengtong Holding). Pilot project ini diharapkan memberikan model yang paling ideal bagi pengembangan BUMN China di masa depan.

Kunci sukses SASAC dalam pengelolaan BUMN adalah melaksanakan program restrukturisasi secara radikal. Salah satunya melalui kebijakan meritokrasi yang ketat. Pemilihan direksi BUMN dilakukan melalui saringan asesmen yang selektif. Meskipun peran profesional sangat diandalkan dalam pengelolaan BUMN, peran negara tetap hadir dengan representasi petugas partai (PKC) di dalam struktur organisasi BUMN.

Di samping itu, diterapkan pula model pengelolaan BUMN yang menekankan monitoring pada kualitas dan sustainability. SASAC membuat SOP yang harus diikuti BUMN, terutama compliance terhadap regulasi yang sudah dikeluarkan. Terdapat sekitar 50 regulasi yang mengatur BUMN, tetapi hanya 30 regulasi yang secara efektif diterapkan. Salah satu peran utama SASAC adalah menjaga supaya tidak terjadi penghilangan aset negara, di samping meningkatkan vitalitas BUMN. Fungsi BUMN di sini bukan semata aspek komersial, namun juga pada aspek sosial.

Peningkatan kinerja sebagai hasil proses transformasi ini terlihat dari kepercayaan investor terhadap BUMN di bawah SASAC yang sudah masuk ke bursa. BUMN yang listed di pasar modal domestik memiliki market capitalization besar, dalam indikator Morgan Stanley Capital International (MSCI) mencapai 72%. 

Dalam diskusi dengan Vice President China Railway Group Limited (CREC), Li Jianping, disebutkan bahwa CREC adalah perusahaan yang sudah berumur 103 tahun. Lini utama bisnis perusahaan ini bergerak di bidang prasarana (infrastruktur) kereta api (KA). Proyek ambisius mereka saat ini adalah percepatan penyelesaian proyek KA super ekspres (bullet train) dan peningkatan kapasitas kereta logistik Shanghai-London. Kereta logistik ini, di kemudian hari, diperkirakan akan menggeser porsi transportasi berbasis shipping. 

CREC, yang saat ini ada di posisi 57 Fortune 500, telah berkembang menjadi superholding company yang mendiversifikasi bidang bisnis ke beberapa bidang lain, seperti properti, keuangan, tambang, serta konstruksi di jalan raya. Perusahaan saat ini memiliki proyek di 83 negara dengan anak perusahaan mencapai 55 korporasi dan jumlah sumber daya manusianya mencapai 300 ribu pegawai. Dengan size seperti ini dan kompleksitas yang dihadapi perusahaan, BUMN di Indonesia (seperti KAI dan INKA) bisa memetik pelajaran berharga dari mereka (CREC).

Seperti dikatakan oleh Yin Yisheng, SASAC akan terus berupaya melakukan terobosan untuk meningkatkan kinerja BUMN-nya dengan bermain bukan hanya di pasar domestik, melainkan juga menjadi pemain dominan di pasar global. Konsentrasi SASAC menangani 97 BUMN strategis (disebut Yangqi) di sektor energi, transpotasi, aviation & aerospace, telekomunikasi, teknologi, baja, pertambangan, manufaktur,dan pengiriman (shipping) merupakan upaya China fokus dalam pengembangan BUMN. Fokus yang hampir sama dilakukan Indonesia dengan prioritas pembentukan holding company BUMN. Banyak pelajaran berharga dipetik dari restrukturisasi BUMN yang dilakukan SASAC ini. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ratih Rahayu

Bagikan Artikel: