Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Diklaim Tak Perlu Impor Benih Jagung

Indonesia Diklaim Tak Perlu Impor Benih Jagung Kredit Foto: Antara/Anis Efizudin
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia tidak perlu impor benih jagung karena produsen dalam negeri mampu memenuhi kebutuhan benih nasional. Namun, diakui untuk kebutuhan benih secara mendadak sulit dipenuhi. Hal itu sebagaimana diungkapkan Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola.

"Produksi benih ini direncanakan setahun sebelumnya. Jadi, kalau permintaan mendadak, ya sulit dipenuhi," kata Maxdeyul Sola di Jakarta, Jumat (27/7/2018).

Sola mengatakan, kebutuhan benih jagung nasional sekitar 80.000-100.000 ton/tahun. Kebutuhan tersebut dihitung dari luas areal tanaman jagung 4 juta ha dengan asumsi kebutuhan benih 20 kg/ha sampai 25 kg/ha. 

"Kebutuhan ini dapat dipenuhi produsen benih nasional maupun multinasional. Jadi, kita tidak perlu lagi impor benih jagung," tegasnya.

Menurut Sola, beberapa daerah belakangan ini mengeluhkan kesulitan mendaptkan benih jagung hibrida. Hal itu terjadi karena memang di luar jadwal produksi produsen.

"Produsen benih itu mempersiapkan stok menjelang musim tanam di setiap wilayah," katanya.

Dia menambahkan, kurangnya benih juga disebabkan dinas-dinas pertanian mengejar serapan anggaran target Luas Tambah Tanam (LTT) jagung. Pengamatan di lapangan, banyak dinas atau daerah yang memaksakan pengadaan benih atau pembagian benih kepada petani di luar musim tanam sehingga benih tidak tersedia.

"Pengusaha benih jangan terlalu gampang menggantungkan impor karena ketika Indonesia mau ekspor, sulit mendapatkan izin dari negara tujuan. India misalnya, minta benih jagung dari Indonesia, namun permintaan itu tidak bisa dipenuhi karena izin ekspor sulit didapatkan," imbuhnya.

Sola juga menyebutkan untuk memenuhi proyek pemerintah Kementerian Pertanian (Kementan) mengharuskan menyerap 65% benih dari Balai Penelitian Serelia, Litbang Maros. 

"Ini artinya, pemerintah mendorong agar benih lokal lebih banyak digunakan," tegasnya

Mengenai kualitas benih Litbang yang banyak dikeluhkan petani penerima bantuan, Sola menyarankan Balai Serelia, Maros, harus lebih selektif memilih mitra penangkar.

Informasi di lapangan menyebutkan, bukan kualitas benih induk yang tidak baik, tetapi proses penangkaran yang tidak dilakukan sesuai standar produksi benih. Hal itu terjadi karena mengejar volume produksi. Penangkar hanya menangkar ketika ada proyek.

Sementara itu, data Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian mencatat telah menyalurkan bantuan benih jagung ke 2,6 juta ha dari target penyaluran yang lebih dari 3 juta ha.

Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Sumardjo Gatot Irianto pernah mengatakan, dari benih yang disalurkan tersebut, ada yang sudah ditanam, ada yang sudah tersalur, dan ada yang sedang dalam proses awal distribusi.

Bantuan benih ini dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia. Namun, bantuan ini lebih diarahkan untuk perluasan tanam baru atau wilayah-wilayah yang sebelumnya belum pernah ditanami jagung.

"Untuk petani yang sudah tahu kebijakan budi daya tanam jagung dan yang sudah biasa menanam jagung tidak kita berikan bantuan. Strategi kita supaya bantuan pemerintah tidak terlalu berat," ujar Gatot.

Gatot pun berharap seluruh bantuan benih sudah dapat tersalur September mendatang. Dengan begitu, jagung yang ditanam bisa dipanen tahun ini. Apabila produktivitas benih yang disalurkan tersebut sudah mencapai 7-8 ton per ha, produksi yang dihasilkan sudah cukup baik. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yosi Winosa
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: