Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menyisihkan Hasil Warung untuk Merenovasi dan Membeli Rumah

Menyisihkan Hasil Warung untuk Merenovasi dan Membeli Rumah Kredit Foto: Agus Aryanto
Warta Ekonomi, Jakarta -

Siang itu sekitar pukul 11.00 WIB, Wahyuni seorang ibu rumah tangga berusia 45 tahun sedang sibuk di dapur menyiapkan makan siang untuk keluarga. Kelihatannya fokus memasak, tapi sesekali dia berlari ke warung karena ada orang memanggil-manggil. “Bu Wahyuni, beli beras,” seru seorang pembeli, dan beragam panggilan lain, seperti yang biasa terjadi di sebuah warung kelontong. 

Di tengah kesibukannya sang suami pun pulang dari berbelanja barang dagangan dengan sepeda motor. Sang anak yang kebetulan sedang di rumah akhirnya turun tangan membantu menurunkan barang dagangan. 

Demikian aktivitas setiap hari di sebuah rumah sekaligus warung kelontong di Jalan Kinanti II, BTN Tanah Baru, Bogor Barat. Rumah itu tergolong bagus di antara beberapa rumah lain di komplek perumahan tersebut. Rumah terdiri dari dua lantai, lantai atas untuk kamar tidur dan ruang keluarga. Sementara warung brukuran 3x3 meter, berada di lantai bawah, yang juga terdapat ruang tamu, dapur dan ruang makan. 

Meskipun kecil tapi warung cukup lengkap, mulai dari menyediakan beras, tepung, gula, telur, makanan dan minuman instan, perlengkapan mandi, obat-obatan, hingga lampu listrik pun di jual. Persediaan barang dagangan sangat banyak di simpan di berbagai sudut ruangan rumah tersebut. 

Di tengah kesibukan dan tumpukan barang dagangan itu membuat Wahyuni hampir lupa bagaimana dulu dia memulai usaha. Yang dia ingat, dulu sekitar tahun 1998, sekembalinya dari kampung halaman di Klaten Jawa Tengah, tiba-tiba di rumah sudah ada sejumlah barang dagangan yang disiapkan oleh sang suami. 

“Waktu itu setengah dipaksa, katanya untuk menambah penghasilan,” kenang Wahyuni. 

Beberapa hari sempat ragu untuk membuka warungnya, tapi saat dibuka di hari pertama, penghasilan hari itu membuat Wahyuni tersenyum sumringah. “Hari itu dapat enam puluh ribu, saya senang sekali, karena uang segitu cukup banyak waktu itu,” imbuh Wahyuni. 

Sejak hari itu Wahyuni semakin semangat untuk membuka warungnya. Pembeli pun semakin ramai, bahkan ada beberapa barang yang dibutuhkan pembeli belum tersedia di warungnya. Terus menambah barang sesuai dengan permintaan pembeli membuat warung semakin lengkap. 

Perkembangan warung dapat dilihat dari pendapatan kotor (omset) harian yang awalnya hanya ratusan ribu rupiah menjadi Rp2-3 juta perhari. Sang suami yang membantu untuk memenuhi barang dagangan, dilakukan setiap hari sepulang kerja. 

“Setiap hari belanja, karena setiap hari ada barang yang habis,” ungkap Wahyuni. 

Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit, pepatah itu dialami oleh Wahyuni, hasil dari warung sebagian ditabung. Tidak terasa pada tahun 2007 hasil tabungannya cukup untuk merenovasi rumah dari yang awalnya rumah KPR tipe 27 menjadi rumah dua lantai yang cukup megah dengan biaya mencapai Rp250 juta. Tidak hanya itu, baru-baru ini Wahyuni bersama sang suami membeli 1 rumah lagi seharga Rp220 juta. 

Setelah sang suami pensiun dari pekerjaan satu tahun yang lalu, saat ini usaha warung tersebut menjadi sumber penghasilan utama untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Meskipun hanya memiliki anak semata wayang, tapi saat ini sedang menempuh pendidikan tinggi yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. 

Melihat keuletan dan ketelatenan ibu ini seharusnya memberikan inspirasi bagi kita semua. Bahwa untuk membangun sebuah istana bagi sebuah keluarga, selain dilakukan dengan kerja keras juga harus diikuti dengan keinginan yang kuat untuk menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Vicky Fadil

Bagikan Artikel: