Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tiga Emiten Ini Sensitif Terhadap Pelemahan Rupiah

Tiga Emiten Ini Sensitif Terhadap Pelemahan Rupiah Seorang karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (16/6). IHSG ditutup melemah sebesar 52,64 poin atau 0,91 persen menjadi 5.723,63 poin, dipicu sebagian investor yang masih merespon negatif kenaikan suku bunga Amerika Serikat. | Kredit Foto: Antara/Wahyu Putro A
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Bahana Sekuritas mengungkapkan tiga emiten yang sensitif terhadap pelemahan rupiah. Pelemahan nilai tukar yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini diperkirakan masih akan terjadi akibat tekanan global dan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang bahan bakunya masih mengandalkan impor dan memiliki utang dalam dolar.

Analis Bahana Sekuritas, Michael Setjoadi, menyebutkan bahwa ketiga emiten tersebut ialah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA).

"PT Indofood Sukses Makmur yang bahan baku anak usahanya seperti Bogasari dan Indofood CBP sukses Makmur masih mengandalkan impor gandum, ditambah lagi Indofood masih memiliki utang valas sebesar $587 juta dan utang Indofood CBP sebesar $57 juta," papar Michael Setjoadi.

Menurut Michael, setiap pelemahan 1% rupiah menggerus laba bersih Indofood CBP sebesar 1,7% dan 3,6% untuk Indofood Sukses Makmur.

Pada awal tahun, Bahana memperkirakan laba bersih Indofood Sukses Makmur akan naik sekitar 5,5% atau mencapai Rp4,40 triliun dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp4,17 triliun, ditopang oleh performa Indofood CBP yang diperkirakan akan tumbuh 10,1%.

"PT Mitra Adiperkasa juga akan mengalami tekanan karena sekitar 50% dari total barang yang dijual Perseroan adalah impor dari Amerika, Eropa, dan negara lainnya, sehingga sekitar 15%-20% dari total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang/jasa atau yang lebih dikenal dengan cost of goods sold (COGS) dalam denominasi USD," lanjutnya.

Riset Bahana Sekuritas memperlihatkan setiap 1% pelemahan dolar akan menggerus laba bersih Perseroan sebesar 2,8%. Perseroan baru akan menaikkan harga barang bila rupiah sudah menyentuh level sekitar Rp15.000/dolar.

Pada awal tahun, Bahana memperkirakan laba bersih MAPI akan naik lebih 100% atau mencapai Rp789 miliar pada akhir 2018, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp335 miliar.

"Produsen ayam PT Japfa Comfeed Indonesia juga masih mengandalkan impor untuk pakan ayam meski Japfa diuntungkan dengan perang dagang Amerika dan China yang membuat harga keledai turun," tutur Michael.

Berdasarkan riset Bahana, sekitar 60% dari total COGS Perseroan dalam denominasi dolar. Perusahaan juga masih memiliki utang dalam bentuk surat utang sebesar $250 juta meski sekitar 62,6% dari total utang tersebut telah menggunakan hedging di kisaran Rp13.300-Rp16.600.

Bahana memperkirakan setiap pelemahan 1% rupiah terhadap dolar bakal menggerus laba bersih Perseroan sebesar 6,5%. Pada awal tahun, Bahana Sekuritas memperkirakan laba bersih Japfa akan naik sekitar 87% atau mencapai Rp1,87 triliun pada akhir 2018, dari pencapaian tahun lalu sebesar Rp998 miliar.

Sekadar informasi, pembalikan modal akibat perang dagang antara Amerika dan China serta kenaikan suku bunga acuan Amerika dari pasar keuangan masih mewarnai sejumlah negara-negara berkembang termasuk Indonesia, India, Filipina, dan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara yang berdampak pada pelemahan mata uang.

Indonesia sendiri melalui Bank Indonesia sebagai pengelola moneter telah berupaya menjaga volatilitas nilai tukar dengan melakukan intervensi di pasar valas maupun surat utang negara (SUN) serta menaikkan suku bunga acuan BI 7-day repo rate sebesar 100 basis point (bps) sejak Mei 2018 ke level 5,25%. 

Meski intervensi telah dilakukan, pada penutupan perdagangan Jumat (27/7/2018) nilai tukar rupiah masih ditutup melemah sekitar 6,0% terhadap dolar, sedikit lebih baik dibanding Rupee yang terdepresiasi hingga 7,1% terhadap dolar.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fauziah Nurul Hidayah
Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Bagikan Artikel: