Ini Alasan Singapura Lakukan Uji Coba Pemindai Mata di Pos Imigrasi
Singapura telah mulai melakukan pemindaian mata bagi wisatawan di beberapa pos pemeriksaan perbatasannya, otoritas imigrasinya mengatakan pada Senin (6/8/2018), dalam uji coba teknologi yang suatu hari nanti dapat menggantikan verifikasi sidik jari.
Ini adalah yang terbaru dalam serangkaian inisiatif teknologi tinggi di Singapura, beberapa di antaranya telah memicu kekhawatiran privasi di kalangan pendukung hak, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan karena ancaman militansi di wilayah tersebut telah meningkat.
Teknologi pemindaian iris, yang telah digunakan di negara lain seperti Amerika Serikat dan Inggris dengan berbagai tingkat keberhasilan, dapat menghabiskan biaya lima kali lebih banyak daripada sistem sidik jari yang ada, menurut para ahli.
“Uji coba akan membantu kami dalam pertimbangan apakah dan bagaimana kami harus menerapkan teknologi tersebut di pos pemeriksaan kami,” ujar Otoritas Imigrasi & Pemeriksaan (ICA) dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email, sebagaimana dikutip dari Reuters, Selasa (7/8/2018).
Langkah ini akan dilaksanakan di dua pos pemeriksaan di perbatasan utara dengan Malaysia dan satu di terminal feri yang menjalankan layanan ke pulau-pulau Indonesia di dekatnya.
ICA telah mengumpulkan gambar iris dari warga negara Singapura dan penduduk tetap ketika mereka mengajukan permohonan kartu identitas atau paspor sejak Januari tahun lalu.
Bandara Changi Singapura sedang mempertimbangkan untuk menggunakan sistem pengenalan wajah untuk menemukan penumpang yang terlambat dan negara juga berencana untuk menggunakan kemampuan pengenalan wajah dalam sebuah proyek untuk menyesuaikan kamera dan sensor pada lebih dari 100.000 tiang lampu.
Pemerintah Singapura mengatakan langkah-langkah ini adalah cara-cara pragmatis untuk meningkatkan kehidupan dan keselamatan orang-orang dan telah berjanji untuk peka terhadap privasi warganya.
Pusat keuangan kosmopolitan mengatakan itu telah menjadi target plot militan selama bertahun-tahun, beberapa berasal dari negara tetangganya, dan itu hanya masalah kapan para militan tersebut akan menyerang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Hafit Yudi Suprobo
Editor: Hafit Yudi Suprobo
Tag Terkait: