Laju pertumbuhan ekonomi Sulsel diperkirakan terus membaik. Bahkan, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi provinsi ini berada pada kisaran 7,1-7,5% (yoy) pada triwulan III 2018. Torehan positif itu melanjutkan pencapaian ekonomi Sulsel yang mencatat laju pertumbuhan ekonomi mencapai 7,38% pada triwulan II 2018.
"Pada triwulan III 2018, perekonomian Sulsel diperkirakan tumbuh pada kisaran 7,1-7,5% (yoy). Itu dipengaruhi beberapa variabel yang menjadi faktor pendorong, meski juga ada faktor penahan," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Sulsel, Bambang Kusmiarso, di Makassar.
"Dengan perkembangan tersebut (baik faktor pendorong maupun faktor penahan), kami tetap optimistis pertumbuhan keseluruhan pada 2018 masih akan berada pada kisaran 7,0-7,4% (yoy)," sambung Bambang.
Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel, Bambang menyebut dapat dilihat dari sisi pengeluaran maupun sisi lapangan usaha. Dari sisi pengeluaran, sedikitnya ada tiga variabel pendukung. Di antaranya yakni meningkatnya konsumsi rumah tangga karena adanya Hari Raya Idul Adha ditambah lagi libur panjang saat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Selain itu, Bambang menyebut faktor pendorong lainnya adanya peningkatan konsumsi pemerintah disebabkan serapan belanja yang lebih tinggi disertai dengan pencairan gaji ke-14 untuk kebutuhan biaya pendidikan. Ditambah lagi, sambung dia, investasi di Sulsel diprediksi semakin meningkat seiring dengan membaiknya iklim investasi pasca-pelaksanaan pilkada yang berlangsung kondusif.
Dari sisi lapangan usaha, Bambang mengimbuhkan faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel ditopang oleh setidaknya dua variabel. Pertama, kinerja lapangan usaha pertambangan yang terus membaik karena terdapat peningkatan produksi sesuai libur panjang pada triwulan II 2018. Di samping itu, lapangan usaha konstruksi juga semakin baik didorong realisasi infrastruktur yang mendekati target penyelesaian.
Terlepas dari itu, dari sisi pengeluaran dan lapangan usaha, Bambang mengungkapkan pun ada faktor penahan yang mesti dicarikan solusi. Di antaranya yakni kinerja ekspor luar negeri yang melambat, utamanya komoditas perkebunan, semisal kakao, yang saat ini masih dalam musim tanam. Lalu, lapangan usaha pertanian juga diperkirakan melambat sejalan dengan masuknya musim tanam.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tri Yari Kurniawan
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: