PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) bakal mengakuisisi saham anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertagas. Emiten dengan kode sama PGAS ini akan menguasai 51% saham Pertagas.
Direktur Utama PGN, Jobi Triananda Hasjim mengungkapkan jika perseroan memutuskan untuk mengambil alih 51% saham Pertagas. Keputusan tersebut dilakukan karena perseroan masih memiliki banyak proyek lain yang diselesaikan. Sehingga tak hanya fokus ke aksi korporasi akuisisi.
"Kenapa PGN hanya ambil 51%? Karena kami masih butuh banyak dana untuk pengembangan infrastruktur energi. Kami tak mau (dananya) habis hanya untuk akuisisi Pertagas. Tapi, proses akuisisinya sudah ditandatangani pada 29 Juni 2018 lalu. Dan PGN jadi perusahaan pengendali sebanyak 51% dengan nilai akuisisi Rp16 triliun," katanya, di Jakarta, Senin (27/8/2018).
Pasalnya, Jobi menyebutkan, perseroan membutuhkan dana untuk pengembangan proyek infrastruktur di wilayah Indonesia Timur. Apalagi di Papua akan ada Pekan Olahraga Nasional (PON).
"Jadi kami butuh dana besar supaya banyak pembangkit di remote area, seperti Papua. Dan di sana tak mungkin dipasok oleh batu bara, tapi gas, makanya lebih mahal," ucapnya.
Sementara itu, untuk pembayaran akuisisi Pertagas, ia menuturkan bahwa pembayaran pertama akan dilaksanakan pada akhir September mendatang. Lalu, 50% lagi bakal dibayarkan pada akhir semester I-2019 nanti.
"Untuk dana pembayaran tahap satu ini, kami anggarkan dari kas perseroan dan akan dibayarkan di akhir September nanti," jelasnya.
Namun, pembayaran yang dilakukan pada semester I-2019 perseroan, dana belum diketahui akan berasal dari mana.
"Kami masih mengkaji alternatif pendanaannya. Skemanya belum bisa dibocorkan terlebih dahulu, masih dalam kajian internal," terangnya.
Sekadar informasi, pembelian saham Pertagas oleh PGN termasuk dalam proses holding BUMN migas, di mana PGN saat ini menjadi anak usaha Pertamina dengan kepemilikan 56,97% di PGN.
Kinerja perseroan sendiri hingga semester I-2018 masih tumbuh positif. Dari sisi raihan, laba meroket 191,8% secara year on year (yoy), yaitu dengan torehan laba menjadi US$145,94 juta atau lebih dari Rp2 triliun dari sebelumnya yang hanya US$50 juta
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Rosmayanti