Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan teknologi dapat mengubah wajah peradaban. Tak terkecuali di sektor konstruksi. PT PP Tbk merasa sudah waktunya bersiap diri terhadap gelombang perubahan yang biasa disebut sebagai Revolusi Industri 4.0.
Garis batas yang memisahkan periodisasi antara masa kepemimpinan direksi baru dengan periode lama di bawah kendali Tumiyana benar-benar ingin dihapuskan oleh Lukman Hidayat, Direktur Utama PT PP.
Meski tentu tak akan bisa dihapuskan sepenuhnya, setidaknya Sang Direktur Utama ingin menyamarkan garis pembeda dengan menegaskan bahwa dirinya juga bagian dari "kabinet" Tumiyana. Ya, di era kepemimpinan Tumiyana, Lukman menjabat sebagai Direktur Pengembangan Bisnis, Riset, dan Teknologi Perusahaan.
Salah satu milestone yang berhasil diwujudkannya adalah penerapan dan pemanfaatan teknologi digital dalam bidang konstruksi dengan menyajikan seluruh data yang dibutuhkan dalam setiap proyek secara terintegrasi. Konsep itu disebut sebagai Building Information Modeling (BIM).
"Dengan konsep ini, kami bisa meningkatkan efisiensi secara lebih signifikan. Estimasi bahan baku, model, waktu pengerjaan hingga siklus (umur) bangunan dan sebagainya bisa kita ketahui bersama secara presisi dan akurat. Jadi, tidak menggunakan perkiraan lagi. Semua bisa diukur," ujar Lukman.
Sistem BIM ini, dijelaskan Lukman, terbagi dalam beberapa level, mulai dari BIM 3D (3D modeling), BIM 4D (terintegrasi dengan data scheduling), dan BIM 5D (terintegrasi dengan data estimasi dan kuantitas harga). Di atasnya ada lagi BIM 6D (dilengkapi dengan data building sustainability) dan level tertinggi adalah BIM 7D (dilengkapi dengan data facility management application).
Selain itu, sistem BIM juga sangat membantu pengerjaan pada tahap schematic design, detail design, construction documentation, dan juga procurement & operation. Diterapkan sejak tahun 2015, berbagai proyek PT PP yang digarap menggunakan sistem BIM, di antaranya proyek Menara BNI Pejompongan, Apartemen Springwood Serpong, Apartemen Pertamina RU V Balikpapan, dan Kantor Perwakilan BI Gorontalo. Selain itu, di segmen infrastruktur teknologi BIM juga dimanfaatkan dalam proyek Pengembangan Pelabuhan Sibolga, Tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Tol Pandaan Malang, dan Jembatan Teluk Kendari.
3D Printer
Tak ingin setengah-setengah, selain penggunaan sistem BIM PT PP juga tengah menunggu datangnya printer 3D khusus konstruksi. Printer ini merupakan hasil kerja sama dengan startup asal Rusia, Apis Cor. Nantinya, printer 3D tersebut akan digunakan untuk pembangunan rumah secara cepat dengan semen sebagai tinta-nya.
Dalam kerja sama tersebut, PT PP telah merogoh kocek sedikitnya Rp3 miliar untuk ongkos operasional Apiscor dalam proses produksi yang akan dihitung sebagai biaya sewa dalam setahun pertama. Untuk tahap pertama, printer 3D miliknya itu nanti baru akan mampu memproduksi rumah landed dengan ukuran tipe 34 sampai tipe 36.
"Tap point of mind di kami terkait printer 3D itu untuk sekarang bukan untuk komersial, tapi ke eksplorasi lebih lanjut. Kami ajak para ahli robotik, ahli teknologi, kalangan akademisi, dan sebagainya. Kita kulik nih printer bareng-bareng, sampai targetnya nanti kita sudah bisa bikin sendiri, bahkan jauh lebih bagus dari yang kita sewa ini," ungkap Lukman.
Jika hal itu terwujud, bukan tidak mungkin PT PP juga akan memanfaatkan teknologi 3D Printer tidak hanya untuk sektor hunian, namun juga untuk pengerjaan proyek bangunan tinggi.
Beragam manfaat bisa didapat dengan pemanfaatan printer 3D ini untuk proyek konstruksi, salah satunya dari segi kecepatan. Jika pembangunan rumah dilakukan secara manual bisa membutuhkan waktu berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu, pembangunan rumah menggunakan printer 3D hanya membutuhkan waktu empat hari untuk lima unit rumah.
Tak hanya cepat, kelebihan lain juga soal presisi model sesuai dengan rencana awal dan juga tingkat kebutuhan bahan baku yang bisa diperhitungkan secara akurat sejak awal proyek dilaksanakan. Sebagai gambaran, Lukman menyatakan bahwa teknologi serupa sudah lebih dulu dimanfaatkan oleh Jerman untuk membangun sebuah jembatan melalui printer 3D.
Karena itu, dirinya optimistis bahwa nantinya pemanfaatan teknologi 3D printer untuk sektor konstruksi di Indonesia bisa lebih dikembangkan berbekal dari hasil kajian dan masukan yang diberikan oleh para ahli robotik, ahli teknologi, dan berbagai pakar yang dilibatkan dalam setiap proses penelitian dan evaluasi.
"Kata kuncinya adalah pemanfaatan teknologi. Kami sangat yakin (pemanfaatan teknologi) ini tidak hanya akan membawa bisnis kami melompat, namun bahkan melenting jauh ke atas. Dan pada akhirnya (pelaku) industri (lain) juga akan mengikuti," tegas Lukman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: