Ada yang menarik dengan beberapa istilah plesetan di Yogyakarta, antara istilah klethikan, klothokan, klathakan, dan klithikan.
Klethikan selalu dikaitkan dengan cemilan kering oleh-oleh khas Yogyakarta seperti geplak, bakpia pathok, keripik belut, peyek, lanthing, sampai egg roll ubi ungu. Klothokan selalu dihubungkan dengan kopi klothok atau kopi bubuk yang dimasak dalam panci panas tanpa air. Setelah beraroma sedikit gosong, barulah disiram air hingga mendidih. Selain kopi klotok adapula sayur lodeh lombok ijo, lodeh kluweh, dan lodeh terong.
Sementara, klathakan selalu mengingatkan sate klathak yang terbuat dari daging kambing muda dipotong lalu ditusuk dengan ruji sepeda motor. Penggunaan ruji ini dipercaya sebagai penghantar panas lebih baik sehingga daging bisa matang secara merata, luar dan dalam. Bumbu yang digunakan dalam membakarnya juga sangat sederhana, hanya garam dan merica. Selanjutnya, klithikan mengingatkan pada pasar tempat membeli barang-barang bekas. Klithikan ini selanjutnya akan dibahas dalam tulisan berikut.
Kenapa disebut nama Pasar Klithikan? Dulu kisahnya, pasar ini adalah tempat menjual berbagai aksesoris kendaraan yang mengeluarkan bunyian klithik-klithik. Sementara, istilah klithikan dalam Bahasa Indonesia berarti barang bekas atau lelong (istilah di Kalimantan Barat) atau cap roem (alias rombeng). Seperti namanya, pasar ini semula hadir sebagai tempat jual-beli barang bekas.
Dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat, Pasar Klithikan bukan hanya terfokus menawarkan spare part kendaraan atau barang-barang yang berhubungan dengan kendaraan saja. Kini, Pasar Klithikan juga menjual barang-barang antik, elektronik, onderdil sepeda, busana, sampai binatang peliharaan atau istilahnya palugada (apa yang lu cari gua ada). Kuncinya, pembeli yang ingin berbelanja harus memiliki keahlian khusus menawar. Jika ingin berburu barang bekas berkualitas dengan harga miring.
Kenapa Pasar Klithikan begitu penting? Pertama, para pemburu barang klithikan gemar mengoleksi barang-barang bekas namun memiliki branding, di pasar khusus yang bebas untuk memilih barang dan menawar harganya sesuai seleranya. Kedua, pelanggan ingin mencari dan membeli barang bekas sesuai kantong dengan jaminan kualitas yang baik. Ketiga, mereka ingin barang antik dan bersejarah dengan harga murah agar dapat dikoleksi atau diperjualbelikan kembali.
Keempat, harga yang ditawarkan di pasar bukan harga pas, boleh ditawar. Ini membawa sensasi tersendiri bagi pembeli yang berhobi menawar harga. Kelima, Pasar Klithikan adalah wisata belanja yang bukan hanya menawarkan barang bekas saja, tapi juga barang-barang baru sesuai kebutuhan pembeli.
Ada beberapa hal menarik dari Pasar Klithikan. Pertama, selama pembeli telaten dan jeli memilih barang, pasti akan memperoleh barang yang diharapkan dengan harga yang pantas dan berkualitas baik. Kedua, sebagai pusat dari barang-barang bekas, harga yang ditawarkan para penjual di Pasar Klithikan tidak semahal barang baru. Ketiga, para wisatawan yang menjadi pelanggan sudah barang tentu menikmati hasil buruannya sehingga ia kembali lagi dan lebih jeli lagi dengan kualitas barang yang akan dibelinya.
Keempat, pelanggan harus memiliki referensi yang cukup mengenai kualitas barang serta harga barang tersebut sebelum ia menentukan pilihan barang yang akan dibeli atau dikoleksi. Kelima, Pasar Klithikan lebih ramai di malam hari, meskipun kios mulai buka dari jam 10 pagi sampai 11 malam.
Banyaknya pencinta barang klithikan menjadi salah satu alasan hampir setiap kota punya Pasar Klithikan. Salah satu yang kerap menjadi rujukan adalah Pasar Klithikan di Yogyakarta. Pasar ini dibangun untuk menampung pedagang barang bekas yang semula membuka lapak di sepanjang pinggir jalan protokol di Yogyakarta. Ada beberapa Pasar Klithikan yang tersebar di beberapa lokasi di Yogyakarta, misalnya Pasar Pandak di Bantul dan Pasar Bringharjo di Jalan Malioboro.
Bagi para penggemar sepeda onthel, Pasar Pandak adalah pasar sepeda tradisional yang selalu ramai dikunjungi penjual maupun pembeli. Di Pasar Pandak ini, banyak sepeda onthel ditata di sana. Dilihat dari jumlah sepeda onthel yang dijual, pasar ini terbilang besar. Jenis serta merek sepedanya pun cukup bervariasi. Bagi masyarakat Bantul, khususnya sekitar Pandak, hingga saat ini pasar ini menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Orang datang dari berbagai penjuru untuk menjual dan membeli sepeda atau onderdil sepeda. Segala kegiatan di pasar ini adalah cerminan irama kehidupan masyarakat desa yang sederhana. Mereka menjual, membeli, dan melakukan hal-hal yang mereka butuhkan untuk kehidupan mereka dengan secukupnya.
Pasar Klithikan yang fenomenal dan sudah dikenal sejak dulu adalah Pasar Klithikan Beringharjo. Pasar ini lebih dulu lahir daripada Pasar Klithikan Kuncen dan pasar klithikan lainnya di Yogyakarta. Pelanggan barang barang bekas di Pasar Bringharjo tidak hanya datang dari Yogyakarta. Ada yang dari Lampung dan Bali. Mereka adalah pelanggan fanatik yang keranjingan membeli barang-barang klithikan. Termasuk juga, para wisatawan mancanegara yang juga berbelanja mencari barang antik.
Pasar Klithikan Beringharjo memberikan pilihan barang yang lengkap, mulai dari peralatan teknik sampai onderdil kendaraan. Mulai barang bekas sampai baru sekalipun.
Keragaman Pasar Klithikan Beringharjo tidak terlepas dari keberadaan Pasar Bringharjo yang memiliki nilai historis dan filosofis dengan Kraton Yogyakarta karena telah melewati tiga fase, yaitu masa kerajaan, penjajahan, dan kemerdekaan. Pembangunan Pasar Beringharjo merupakan salah satu bagian dari rancang bangun pola tata kota Kesultanan Yogyakarta yang disebut Catur Tunggal. Pola tata kota ini mencakup empat hal yakni keraton sebagai pusat pemerintahan, alun-alun sebagai ruang publik, masjid sebagai tempat ibadah, dan pasar sebagai pusat transaksi ekonomi.
Dari uraian di atas ada beberapa hal yang dapat dipetik dari Pasar Klithikan
1. Para pelaku ekonomi yang ulet dan membuat negara ini masih memiliki kemandirian ekonomi adalah pelaku-pelaku ekonomi pinggiran. Mereka-mereka adalah para pedagang kaki lima (PKL), termasuk para pedagang klithikan;
2. Lokasi lapak PKL Klithikan dulunya tersebar di mana-mana. Lapaknya tersebar di mana-mana dan terkesan liar. Kini, lapak klithikan telah mendapatkan perhatian pemerintah. Lokasinya disatukan dalam kawasan Pasar Klithikan. Perhatian pemerintah menegaskan jika ekonomi kerakyatan yang dikumandangkan atas nama Nawacita mulai dirasakan oleh pelaku ekonomi pinggiran;
3. Pasar Klithikan telah menjadi salah satu tujuan wisata bagi turis lokal maupun mancanegara. Pasar ini kini menjadi surganya para pemburu barang bekas berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya;
4. Di era digital, pedagang klithikan dituntut lebih cerdas dalam berbisnis. Kemajuan gadget harus dimanfaatkan sebagai peluang. Mereka harus membiasakan promosi lewat online;
5. Harus ada keberanian memberikan jaminan. Jika ada barang yang rusak harus segera diganti. Dan uang yang telah ditransfer konsumen, langsung direspons dengan pengiriman barang yang dikehendaki.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: