When we heal the earth, we heal ourselves
(Ketika kita menyembuhkan bumi, kita menyembuhkan diri kita sendiri)
Take care of the earth and she will take care of you
(Jaga bumi, dan dia akan menjagamu)
Let’s nurture the nature, so that we can have a better future
(Mari pelihara alam agar kita dapat memilki masa depan yang lebih baik)
Save the environment starting from your own action
(Selamatkan lingkungan mulai dari tindakan Anda sendiri)
Kutipan di atas seharusnya selalu mengingatkan dan terpatri di benak maupun sanubari setiap anak manusia yang hidup di bumi ini, termasuk masyarakat Indonesia. Betapa lingkungan alam sekitar kita, termasuk daratan, pesisir pantai dan lautan yang menjadi bagian dari bumi harus dijaga kelestariannya. Itulah masa depan kita semuanya, agar lingkungannya selalu nyaman untuk ditinggali bersama dan selamanya dengan anak cucu cicit kita.
Selain kenyamanan, alam akan memberikan kemudahan dan kelimpahan sumber-sumber kekayaan alam di dalamnya. Dari buah-buahan, sayuran, padi-padian, dan tanaman lainnya serta tambang di darat. Sampai ikan, udang, kepiting, dan biota laut serta minyak di lautan. Semua keperluan hajat hidup kita dipenuhi oleh bumi. Jadi wajar, karena bumi terutama daratan dan lautan telah memberikan segala kebutuhan hidup manusia, di masa sekarang maupun yang akan datang kita harus selalu menjaganya - menjaga kelestariannya, dan mencegah kerusakannya.
Baca Juga: Save Our Sea: Potensi Kapal Karam, Musibah yang Jadi Berkah
Salah satunya, kita wajib melestarikan dan menyelamatkan hutan bakau atau mangrove karena mangrove adalah penghubung antara daratan dan lautan. Selain itu, peranan mangrove sangat vital sebagai penjaga sekaligus pencegah abrasi pantai pesisir yang berkelanjutan. Sebelum bumi menangis karena bencana, kenapa kita tidak mencegahnya? Jika bumi terlanjur sakit, siapa lagi kalau bukan kita yang menyembuhkannya?
Pertanyaan berikutnya kenapa hutan mangrove begitu penting? Secara umum hutan bakau atau mangrove didefinisikan sebagai hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak di garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut tepatnya di daerah pantai dan sekitar muara sungai sehingga tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut.
Mangrove menurut Steenis (1978) adalah vegetasi hutan yang tumbuh di antara garis pasang surut. Sedangkan Nybakken (1988) memberi definisi hutan mangrove untuk menggambarkan suatu komunitas pantai tropik yang didominasi beberapa spesies pohon khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin.
Sementara itu, menurut Soerianegara (1990) hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai, terdapat di daearah teluk dan muara sungai bercirikan: tidak terpengaruh iklim; dipengaruhi pasang surut; tanah tergenang air laut; tanah rendah pantai; hutan tidak mempunyai struktur tajuk; jenis-jenis pohonnya biasanya terdiri dari api-api (Avicenia sp.), pedada (Sonneratia sp.), bakau (Rhizophora sp.), lacang (Bruguiera sp.), nyirih (Xylocarpus sp.), nipah (Nypa).
Dilihat dari sisi zonasinya, hutan mangrove dapat dibagi menjadi zonasi-zonasi berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, mulai dari arah laut ke darat sebagai berikut: Zona Avicennia, terletak paling luar dari hutan yang berhadapan langsung dengan laut. Zona ini umumnya memiliki substrat lumpur lembek dan kadar salinitas tinggi. Zona ini merupakan zona pioner karena jenis tumbuhan yang ada memilliki perakaran yang kuat untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu membantu dalam proses penimbunan sedimen; Zona Rhizophora, terletak di belakang zona Avicennia. Substratnya masih berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak rendah.
Mangrove pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang; Zona Bruguiera, terletak di balakang zona Rhizophora dan memiliki substrat tanah berlumpur keras. Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi atau dua kali dalam sebulan; Zona Nypa, merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan daratan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: