Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, tekanan domestik yang sedikit mereda pada 2019 akan memberikan dampak positif pada kinerja defisit neraca transaksi berjalan.
"Kami percaya, defisit transaksi berjalan 2019 bisa dijaga di bawah 3% PDB," kata Mirza saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Senin (10/9/2018).
Mirza mengatakan, penyebab domestik yang bisa membantu mengurangi tekanan terhadap defisit neraca transaksi berjalan adalah realisasi dari penjadwalan ulang proyek infrastruktur yang bermanfaat mengurangi impor bahan baku.
Selain itu, kata dia, pelaksanaan dari penggunaan energi biodiesel (B20) bermanfaat untuk mengurangi impor migas, terutama solar, yang selama ini menjadi salah satu penyebab tingginya defisit neraca transaksi berjalan.
"Jadi upaya dari reschedule proyek infrastruktur yang sudah berjalan serta upaya pengurangan impor BBM dengan pencampuran B20," ujar Mirza.
Mirza mengharapkan kondisi perbaikan defisit neraca transaksi berjalan ini secara tidak langsung bisa memberikan efek positif kepada pergerakan nilai tukar rupiah pada 2019, yang saat ini masih bergejolak akibat tekanan global.
Realisasi defisit neraca transaksi berjalan yang hingga semester I-2018 tercatat sebesar US$13,7 miliar atau 2,6% terhadap PDB menjadi alasan dari sisi domestik penyebab terjadinya perlemahan rupiah terhadap dolar AS.
Meski demikian, tekanan terhadap mata uang diperkirakan ikut berkurang di 2019, sehingga volatilitas kurs diproyeksikan akan lebih rendah daripada 2018, seiring dengan berakhirnya normalisasi kebijakan moneter Bank Sentral AS.
Menurut rencana, otoritas moneter dari negara adidaya tersebut akan mulai menghentikan penyesuaian suku bunga acuan pada 2019, sehingga investasi portofolio diperkirakan kembali masuk ke negara berkembang.
"Intinya 2019 itu kenaikan suku bunga AS sudah setop. Kalau sudah setop, pressure atau tekanan dari sentimen negatif dari kenaikan suku bunga AS di 2019 juga mudah-mudahan sudah hilang," ujar Mirza.
Saat ini, Bank Sentral AS diperkirakan masih akan melakukan penyesuaian suku bunga acuan sebanyak dua kali lagi hingga akhir 2018, dan akan melakukan hal serupa sebanyak dua atau tiga kali pada 2019.
Selain itu, berkurangnya dampak negatif dari perang dagang yang dilakukan China dan AS dapat membantu stabilisasi rupiah di 2019 yang diperkirakan berada pada kisaran Rp14.300-14.700 per dolar AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: