Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor produsen vaksin, Bio Farma mengejar target penjualan ekspor yang diperkirakan mencapai US$71,6 juta hingga tahun ini.
Direktur Utama Bio Farma M Rahman Roestan menjelaskan, untuk vaksin yang akan diekspor pada September-Desember terdiri dari Vaksin Polio, Campak, TT, DTP, dan Td ke negara-negara berkembang, seperti Pakistan, Afganistan, Sudan, Maroko, dan negara lain.
"Produk akhir vaksin yang didistribusikan melalui lembaga internasional Unicef, Pan American Health Organization (PAHO), dan melalui bilateral dalam bentuk bulk vaksin atau intermediate produk yang nantinya diformulasi dan dikemas menjadi produk akhir vaksin," kata Rahman Roestan saat mengecek kesiapan ekspor di Bandung, Rabu (12/9/2018).
Beberapa produsen yang membeli bulk, antara lain lima produsen vaksin di India, satu produsen di Afrika Selatan, dan satu produsen vaksin di Bangladesh. Jenis bulk yang diekspor, seperti bulk Polio, Tetanus, Difteri, Pertusis, Campak.
"Saat ini pasar ekspor Bio Farma memiliki dua segmen, yaitu pengadaan melalui lembaga internasional Unicef, PAHO, serta melalui bilateral, pembelian langsung dari beberapa produsen vaksin di luar negeri, seperti India, Mesir, serta beberapa agen atau distributor di Afrika Selatan, Thailand, Turki, Mexico, dan negara lain," jelasnya.
Rahman melanjutkan, pihaknya berkoordinasi dengan beberapa lembaga internasional. Seperti pada awal Oktober 2018, Bio Farma diundang Unicef dalam pertemuan tahunan industri vaksin di Copenhagen Denmark, yang bertujuan untuk pemutakhiran informasi kebutuhan dan forecasting penyediaan vaksin dalam lima tahun mendatang, produk apa saja yang dibutuhkan di dunia saat ini dan 10 tahun ke depan.
Bio Farma mempersiapkan riset-riset vaksin untuk pemenuhan kebutuhan global seperti pada 13 September tahun ini, Bio Farma menggelaar Forum Riset Life Science Nasional (FRLN). Forum yang dibentuk sejak 2011 sinergi dengan Kemenristek Dikti, lembaga riset, universitas, dan Kementerian Kesehatan tersebut bertujuan untuk melakukan pengembangan vaksin dan produk Life Science baru dalam negeri untuk kemandirian riset nasional.
Saat ini hanya sekitar 30 produsen vaksin yang mendapatkan kualifikasi dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), salah satunya Bio Farma.
"Kami merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dilihat dari jenis produk dan kapasitas, serta menjadi rujukan Centre of Excellence bagi produsen vaksin di negara Islam. Sebagai BUMN, memiliki peran yang sangat strategis untuk turut serta melakukan percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan dalam upaya percepatan dan kemandirian pengembangan produk biopharmaceutical dan vaksin," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: