Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Serangan DDoS Meningkat 500%, Nexusguard Anjurkan Perlindungan Bandwidth

Serangan DDoS Meningkat 500%, Nexusguard Anjurkan Perlindungan Bandwidth Kredit Foto: F5 Labs
Warta Ekonomi, Jakarta -

Para peneliti keamanan siber menganjurkan perlindungan lebar pita (bandwidth) terhadap botnet IoT. Pasalnya rata-rata serangan DDoS meningkat lima kali lipat menjadi lebih dari 26 Gbps dan serangan maksimum meningkat empat kali lipat menjadi 359 Gbps dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Menurut Nexusguard dalam Laporan Ancaman Kuartal 2-2018, ribuan serangan DDoS di seluruh dunia meningkat secara dramatis terhadap eksploitasi botnet IoT dan perangkat perusak Satori (varian dari Mirai yang terkenal berbahaya).

"Para penyedia layanan komunikasi (CSP) dan organisasi perlu meningkatkan perlindungan bandwidth jika mereka ingin tetap terdepan, mengingat ukuran serangan tersebut melonjak," tulis Nexusguard dalam pernyataan resmi yang diterima redaksi Warta Ekonomi, Kamis (20/9/2018).

Dijelaskan bahwa sebab peningkatan eksploitasi perangkat perusak yang berhubungan dengan IoT dan pertumbuhan serangan DDoS skala besar merajalela adalah penggunaan botnet IoT yang berkelanjutan. Sebagai contoh, serangan pada Verge Network (XVG) mengakibatkan kerugian 35 juta token XVG senilai lebih dari US$1,7 juta.

Para analis Nexusguard memperingatkan, CSP dan pengoperasian yang rentan harus meningkatkan kesiapan untuk mempertahankan bandwidth, terutama jika infrastruktur mereka tidak memiliki redundansi penuh dan rencana failover (kemampuan sistem untuk berpindah ke sistem cadangan jika sistem utama mengalami kegagalan).

"Risiko terbesar serangan pada celah keamanan yang belum diketahui (zero-day) bisa berasal dari berbagai tipe perute rumah, dari sini si penyerang melakukan eksploitasi menciptakan serangan DDoS ekspansif terhadap jaringan dan layanan yang sangat vital, sehingga menghasilkan serangan jumbo untuk melumpuhkan target selama jam puncak saat menghasilkan pendapatan," ujar Juniman Kasman, pejabat teknologi tertinggi Nexusguard.

"Penyedia layanan telekomunikasi dan komunikasi lain perlu melakukan tindakan pencegahan ekstra untuk melindungi bandwidth dari serangan super ini untuk memastikan layanan pelanggan dan pengoperasian tetap tidak terganggu," imbuhnya.

Para peretas menyerang menggunakan protokol datagram universal (Universal Datagram Protocol/UDP), dengan lebih dari 31% serangan yang mendayagunakan strategi volumetrik ini. Protokol tanpa koneksi ini membantu meluncurkan botnet yang dibuat secara massal, yang juga melemahkan sumber daya host dan bisa membuat mereka tak bisa diakses.

Dengan jumlah pengguna internet yang mencapai sepertiga dunia, AS dan Tiongkok merupakan dua tempat teratas yang menjadi sumber trafik serangan, dengan masing-masing sebesar 20% dan lebih dari 16%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rosmayanti
Editor: Rosmayanti

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: